Uni Eropa gandeng OMS luncurkan proyek transisi hijau

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia bersama Bappenas bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil (CSO) meluncurkan empat proyek percepatan transisi hijau dan pembangunan berkelanjutan untuk mendukung rencana pembangunan jangka menengah dan berkelanjutan di Indonesia. terkait dengan transisi hijau.

“Kami melakukan hal ini berdasarkan rencana berdasarkan konsultasi intensif dengan Indonesia, dan rencana tersebut adalah untuk memastikan bahwa lingkungan hidup di Indonesia secara keseluruhan memungkinkan organisasi masyarakat sipil untuk mengambil peran tersebut,” kata Duta Besar UE untuk Indonesia Denis Chaibi. Sidang Umum PBB 2024 di Jakarta, Kamis.

Dubes Chaibi menyampaikan bahwa hubungan Indonesia dan Uni Eropa didasarkan pada pendekatan demokrasi inklusif yang melibatkan seluruh masyarakat sipil. Oleh karena itu, Uni Eropa bangga, lanjutnya, dapat bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil di Indonesia untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan transisi hijau.

“Kami ingin memastikan bahwa organisasi masyarakat sipil mempunyai peran, termasuk jaringan dan kolaborasi. “Kami telah melakukan ini selama lebih dari 16 tahun dan sejauh ini kami telah menginvestasikan lebih dari 70 juta euro (1,23 triliun rubel) untuk masyarakat dan organisasi di Indonesia,” ujarnya.

Chaibi menjelaskan, proyek pertama terkait pengembangan transfer energi dan pemanfaatan lahan berkelanjutan. Proyek berdurasi tiga tahun ini akan mendukung berbagai proyek WHO di Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

Proyek kedua terkait dengan perlindungan penghidupan hutan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat adat dan komunitas lokal (IPLC) di provinsi Jambi, Bengkulu dan Sumatera Barat untuk terlibat dalam pengelolaan hutan lestari yang komprehensif.

Proyek ketiga, mengembangkan kapasitas OMS lokal untuk memfasilitasi transisi hijau yang berkelanjutan, bertujuan untuk memperkuat jaringan OMS yang berperspektif gender dan pemuda dalam transisi permanen.

Sementara itu, proyek keempat adalah menciptakan lingkungan yang mendukung masyarakat sipil, yang dilaksanakan di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.

Pada saat yang sama, Wakil Menteri Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Bapenas Bogat Vidyatmoko mengatakan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi planet ini, meningkatkan bencana alam, mengancam keanekaragaman hayati, dan melemahkan penghidupan masyarakat yang rentan.

Stabilitas perekonomian masih dalam krisis dan menghambat upaya mencapai pertumbuhan inklusif dan risiko marginalisasi kelompok marginal. Namun di balik tantangan tersebut, lanjutnya, terdapat peluang untuk inovasi, kolaborasi, dan perubahan. Uni Eropa dan Indonesia sama-sama berkomitmen untuk mengatasi tantangan global.

MP Bogat juga mengapresiasi tantangan dan peluang yang ada di dunia memerlukan kerja sama berbagai mitra, termasuk organisasi masyarakat sipil, dalam mewujudkan transisi yang menghormati lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

“Partisipasi masyarakat sipil dan peran pentingnya dalam proses pembangunan sepenuhnya sejalan dengan tujuan nasional Indonesia yang ditetapkan dalam rencana pembangunan berkelanjutan dan rencana pembangunan berkelanjutan. “Kami tahu bahwa masyarakat sipil dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mencapai tujuan kami,” kata wakil Bogat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours