Uni Eropa Menderita Kehilangan Energi Rusia, Mantan Bos Bank Sentral Buka Suara

Estimated read time 2 min read

BRUSSELS – Seiring hilangnya energi murah dari Rusia, daya saing ekonomi Uni Eropa (UE) di dunia terkikis secara signifikan. Mario Draghi, mantan presiden Bank Sentral Eropa, mengumumkan hal ini.

Prioritas utama para politisi blok Eropa dalam laporan yang disampaikan oleh Draghi adalah mengurangi biaya energi, meningkatkan daya saing dan memperkuat investasi pertahanan.

Menurut politisi yang menjabat perdana menteri Italia pada 2021-2022 itu, negara-negara anggota UE masih berjuang mengatasi kenaikan biaya energi dan tidak bisa lagi mengandalkan pasar luar negeri yang terbuka.

Mantan Ketua ECB tersebut mengatakan kurangnya akses terhadap energi murah dari Rusia telah merugikan daya saing blok tersebut. “Eropa tiba-tiba kehilangan pemasok energi utamanya, Rusia,” kata Drahgi.

Ia menambahkan bahwa ketika stabilitas geopolitik memudar, saling ketergantungan di kawasan ini menjadi rentan.

Sementara itu, para politisi dan ekonom mengakui bahwa harga energi telah turun secara signifikan, namun menekankan bahwa perusahaan-perusahaan Uni Eropa menghadapi harga listrik yang lebih tinggi. Selain membayar gas alam hampir 350% lebih mahal, harga listrik di UEA tercatat 150% lebih tinggi dibandingkan di AS.

Sanksi terkait Ukraina yang dijatuhkan terhadap Moskow dan penghancuran pipa Nord Stream pada tahun 2022 telah menyebabkan penurunan drastis pasokan gas Rusia ke UE. Blok tersebut telah dialihkan ke AS dan Timur Tengah untuk menggantikannya dengan gas alam cair (LNG) yang lebih mahal.

Menurut laporan tersebut, pangsa impor gas alam ke UE dari 16% pada kuartal pertama tahun ini diperkirakan akan turun sebesar 40% pada tahun 2021. LNG AS 30-40% lebih mahal dibandingkan gas pipa Rusia, menurut perkiraan Kementerian Energi Rusia.

Sebelum konflik di Ukraina, Washington telah menekan UE selama bertahun-tahun untuk mengurangi ketergantungannya pada kekuatan Rusia. Pemerintahan mantan Presiden Donald Trump menyebut LNG AS sebagai “molekul kebebasan” karena menekan Brussels untuk mengganti pasokan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours