Uni Eropa tuduh China atas insiden maritim di Laut China Selatan

Estimated read time 2 min read

MOSKOW (ANTARA) – China dituding bertanggung jawab atas insiden maritim dengan Filipina yang terjadi di lepas pantai pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan pada 17 Juni.

Penjaga pantai Tiongkok mengatakan sebuah kapal Filipina secara ilegal memasuki perairan dekat Second Thomas Shoal, Ren’ai Jiao, dan bertabrakan dengan kapal penjaga pantai Tiongkok. Peristiwa itu terjadi di perairan Kepulauan Spratly yang disengketakan atau dikenal dengan Kepulauan Nansha.

Militer Filipina mengatakan mereka yakin tuduhan Tiongkok itu salah dan menyalahkan kehadiran dan aktivitas kapal Tiongkok di zona ekonomi eksklusif Filipina, yang menurut Manila merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara dan hak nasional.

“Uni Eropa sangat prihatin atas tindakan berbahaya terbaru yang dilakukan oleh kapal Penjaga Pantai dan Milisi Maritim Tiongkok di dekat Second Thomas Shoal, di Laut Cina Selatan, pada Senin 17 Juni. Hal ini terjadi dengan merusak kapal Filipina dan melukai awak kapal. ,” kata juru bicara UE dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.

Juru bicara tersebut menambahkan bahwa “konfrontasi berbahaya di Laut Cina Selatan semakin meningkat, meningkatkan eskalasi ketegangan, yang harus dikurangi, bukan berkepanjangan.

“UE menegaskan kembali seruannya yang sudah lama ada untuk menahan diri dan menghormati sepenuhnya hukum internasional guna memastikan penyelesaian perselisihan secara damai dan pengurangan ketegangan di kawasan,” kata UE.

Tiongkok telah terlibat dalam perselisihan jangka panjang dengan beberapa negara Asia dan Pasifik, termasuk Filipina, mengenai pulau-pulau dan terumbu karang di Laut Cina Selatan.

Pada bulan Juli 2016, menyusul pengaduan yang diajukan oleh Filipina, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag, Belanda, memutuskan bahwa Tiongkok tidak memiliki dasar untuk klaim teritorial di Laut Cina Selatan.

Pengadilan memutuskan bahwa pulau-pulau tersebut bukanlah wilayah yang disengketakan dan bukan merupakan bagian dari kekayaan kedaulatan. Beijing tidak mengakui atau menyetujui keputusan tersebut.

Sumber: Sputnik

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours