Upaya Titimangsa dalam melestarikan ronggeng gunung

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Teater Titimangsa memproduksi film “Sang Kembang Bale” sebagai upaya penyelamatan gunung suci ronggeng di wilayah Jawa Barat.

Aktor Titimangsa Pradetya Novitri dalam jumpa pers teater “Sang Kembang Bale” di Jakarta Kamis mengatakan, ronggeng gunung kini semakin jarang dipentaskan, karena digantikan oleh tarian adat lain, yakni ronggeng amin yang dianggap panas dan aktif karena dianggap panas. dimaksudkan untuk membuat penonton senang.

Ide membuat film tentang ronggeng gunung sudah ada di benak Tya selama tiga tahun. Timnya kemudian merevisi ide cerita pada tahun 2024 dengan nama “Sang Kembang Bale”.

“Sayang sekali kalau ini tidak kita akhiri lagi,” kata Tya.

Untuk menarik perhatian pemirsa cilik, penari ronggeng gunung dalam cerita “Sang Kembang Bale” diperankan oleh Ariel Tatum.

Penyanyi sekaligus pemeran sinetron Ariel Tatum berpose sebagai penari ronggeng gunung saat jumpa pers festival film produksi Titimangsa bertajuk “Sang Kembang Bale” di Jakarta, Kamis (1/8/2024). (ANTARA/Abdu Faisal)

Sutradara “Sang Kembang Bale” Heliana Sinaga mengatakan, penari Gunung Ronggeng sebenarnya adalah seorang dukun. Peran mereka adalah bernyanyi dan menari dari satu gunung ke gunung lainnya untuk berkomunikasi dan memohon kekuatan dunia dalam bentuk doa memohon festival panen dan syukuran.

Kisah ini merupakan warisan budaya yang dipilih sebagai cara memulihkan hubungan nilai dan hubungan antara manusia, alam, dan penciptanya.

“Kami berharap sajian alur, gerak, musik dan tarian Ariel Tatum dan semua orang yang terlibat dapat menjadi kenangan budaya yang diperoleh dari pengalaman menonton yang berbeda,” kata Heliana.

Heliana menegaskan, cerita ini sepenuhnya berdasarkan kisah hidup perjalanan kedua pewaris Ronggeng Gunung, yakni Bi Raspi dan Bi Pejoh. Ceritanya terkait dengan naskah film ini.

Kembang Bale adalah nama pemusik dalam lagu ini sebelum kata ronggeng amin.

“Mereka lebih suka dipanggil kembang bale, karena selalu tampil di ‘bale’. Mereka juga menggunakan ronggeng gunung untuk memainkan ketuk tilu sebelum jaipong,” kata Tya.

Berbeda dengan ronggeng gunung yang dikenal sebagai musik upacara sakral, ronggeng amin merupakan hiburan masyarakat yang meriah dengan diiringi musik jaipong dan gerakan musik atraktif lainnya.

Pengerjaan ini akan dilakukan di ruang hijau NuArt Sculpture Park, Kota Bandung, pada tanggal 10 dan 11 Agustus.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours