Viral, Dosen UNM Dorong Mahasiswa Gara-gara Protes Kebijakan Wajib Beli Jas Almamater

Estimated read time 2 min read

MAKASSAR – Perlakuan kasar terhadap mahasiswa yang dilakukan dosen di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) yang terekam dalam video amatir tiba-tiba viral di media sosial.

Pasalnya, postingan InfocepatMakassar di Instagram memperlihatkan perilaku kasar para akademisi, mendorong mahasiswa mengkritisi kebijakan kampus, yakni meminta mahasiswa baru (mahasiswa baru) membeli jaket almamater senilai Rp 250 ribu.

Siswa yang diinterogasi dalam video berdurasi satu menit tiga detik itu tidak bereaksi terhadap perilaku kasar gurunya. Sebaliknya siswa tersebut bersikap sopan dan berusaha bernegosiasi agar tidak terjadi tindakan kasar.

Dosen yang diduga melakukan aksi tersebut berinisial AS yang mengajar di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNM. Videonya tidak hanya ada di AS, instruktur lain juga terlihat.

Ia bahkan mengambil foto Kartu Tanda Mahasiswa (SID) para pengunjuk rasa. Insiden ini juga menimbulkan reaksi beragam dalam komentar jaringan tersebut, banyak di antaranya yang mengkritik perilaku kasar pembicara.

“Dihadapan rektor cari muka siapa aja yang berani ngomong sama rombongan, giliran mahasiswa sama rombongan yang sembunyiin semuanya,” kata akun @fahri.exact.

“Harus memberi semangat. Kk datang membantu mahasiswa baru yang tidak mampu,” kata akun @alrnsya11 yang lain.

Kisah lain juga memberikan semangat kepada seorang siswa yang mendapat lebih dari sekedar perlakuan kasar dari instrukturnya.

“Mahasiswa biasanya kritis. Adikku juga di posisi kamu, tiba-tiba dunia menjadi asing, bermusuhan lalu tidak ada simpati. Tapi percayalah, pengalaman ini akan sangat berharga di masa depan,” kata akun @itsmecali7.

Rektor UNM Prof. Karta Jayadi membenarkan, peristiwa itu terjadi saat mahasiswa muda (mahasiswa baru) sedang mengantri untuk membeli jaket almamaternya. Namun mahasiswa tersebut tiba-tiba memprovokasi mahasiswa muda agar tidak perlu membeli almamater.

Ia pun mengaku kaget dengan respon negatif masyarakat di media sosial, padahal tidak paham dengan permasalahannya.

“Saya tahu mahasiswa baru sedang mengantri untuk membeli jaket almamater, tiba-tiba ada yang memprovokasi mereka untuk tidak membeli jaket, hanya mengambil jaket milik senior atau keluarganya,” kata Karta.

Ia menilai tindakan provokatif siswa SMA tersebut tidak pantas dilakukan di tengah barisan. Pasalnya, setiap mahasiswa baru harus membeli almamater baru.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours