Viral Puting Beliung di Lautan Pasir Gunung Bromo, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Estimated read time 2 min read

Malang – Badai pasir melanda Gunung Bromo. Angin muncul di lautan pasir, namun tidak di seluruh wilayah lautan pasir, melainkan hanya di beberapa bagian saja. Wisatawan mengabadikan kejadian tersebut dengan kamera dan mengunggahnya ke media sosial.

Pemeriksaan atas kejadian tersebut dilakukan pada Selasa sore (16/7/2024). Angin yang bertiup di akun media sosial TikTok @ladubromo tampak seperti badai pasir. Dalam video berdurasi 1 menit 5 detik tersebut, terlihat debu membubung dari permukaan tanah sehingga membatasi jarak pandang di area tersebut.

Linda Firodul Musayana, prakiraan cuaca di Stasiun Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengatakan setan debu merupakan angin terkuat yang mirip badai. Namun, berbeda dengan badai yang disebabkan oleh awan kumulonimbus, angin disebabkan oleh partikel udara yang sangat panas di atas bumi.

“Udara kering kemarin, tidak ada cumulonimbus, jadi secara ilmiah itu adalah setan debu. Setan debu adalah pusaran udara kecil namun kuat yang muncul di udara yang sangat hangat dan kering. Jadi, udara di permukaan tanah tidak stabil, sangat panas, dan kemudian naik.” dengan cepat.”

Fenomena angin kencang ini sering dikaitkan dengan musim kemarau dan fenomena El Niño. Dimana angin bertiup dari arah timur, musim kemarau membawa udara kering dan memperkuat angin.

“Pada musim kemarau, angin bertiup dari timur kemudian membawa udara kering dari wilayah timur menuju Asia, sehingga lebih kuat pada musim kemarau,” ujarnya.

Menurut stasiun iklim BMKG Malang, peristiwa serupa juga terjadi di Batu pada tahun 2019. Faktanya, badai pasir melanda Gunung Bromo pada Oktober 2023. Karena udara yang kering membuat tekanan di permukaan bumi tidak stabil.

Jadi udara di Indonesia akan kering, terjadi di Batu, angin kencang akan meniup kebun apel, ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours