Vladimir Putin Umumkan Rusia Bersiap Produksi Rudal Terlarang

Estimated read time 2 min read

MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat mengumumkan bahwa kementerian pertahanan negaranya sedang bersiap memproduksi rudal jarak menengah dan pendek yang dilarang berdasarkan perjanjian dengan Amerika Serikat.

Menurut Putin, perjanjian tersebut; Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) tidak berlaku.

Perjanjian INF era Perang Dingin melarang produksi dan penggunaan sistem rudal balistik, namun Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2019.

Moskow awalnya memilih untuk mempertahankan embargo sampai Washington mematuhinya.

“Seperti yang saya katakan, kami mempunyai hak untuk memulai penelitian, pengembangan, dan produksi di masa depan mengenai penarikan Amerika Serikat dari perjanjian ini dan pengumuman mereka bahwa mereka akan mulai bekerja,” kata Putin pada konferensi pers usai acara. Pertemuan di Astana, Kazakhstan Mirip dengan Shanghai (SCO).

“Kami sedang melakukan R&D (penelitian dan pengembangan) dan kami siap untuk mulai bekerja,” kata Putin, dilansir dari Russia Today, Jumat (5/7/2024), “Pada prinsipnya, kami telah menyediakan sarana yang tepat untuk bisnis kami. “

Pada pertemuan Dewan Keamanan Nasional di Moskow pekan lalu, Putin mengindikasikan bahwa Rusia dapat terus mengembangkan sistem rudal yang sebelumnya dilarang, dengan alasan “upaya perang” Amerika Serikat.

“Kita sekarang tahu bahwa Amerika Serikat tidak hanya memproduksi sistem rudal ini, tetapi juga membawanya ke Eropa, Denmark untuk digunakan dalam latihan.

Menurutnya, tindakan Washington telah membuat Moskow tidak mengorbankan program rudal jarak menengah dan pendeknya.

Perjanjian INF tahun 1987 melarang Amerika Serikat dan Uni Soviet mengembangkan dan menggunakan rudal balistik dan jelajah dengan jangkauan 500 hingga 5.500 km (310 hingga 3.420 mil).

Perjanjian ini tidak berlaku untuk sistem udara atau laut. Hal ini membantu meredakan ketegangan mengenai proliferasi nuklir di Eropa.

Rusia, penerus Uni Soviet, akan melaksanakan perjanjian tersebut, sementara penempatan AS di Eropa Timur—yang dirancang untuk pertahanan rudal—menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka akan mengingkari perjanjian tersebut karena rudal mereka mampu mengirimkan senjata.

Pada tahun 2019, Washington menarik diri dari perjanjian tersebut, menuduh Moskow melanggarnya tanpa memberikan bukti yang mendukung klaim tersebut.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours