Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan modal Indonesia adalah hilirisasi dan ekonomi hijau dalam memperkuat integrasi dan konektivitas dengan ASEAN.
“Inward flow merupakan salah satu keberhasilan kebijakan Indonesia. “Indonesia juga telah menunjukkan komitmennya terhadap ekonomi hijau,” kata Suahasil pada KTT ASEAN-Asia ke-16 di Singapura, Kamis di Jakarta.
Soal hilir, lanjutnya, istilah-istilah seperti reshoring, nearshoring, friendshoring, offshoring, dan lain-lain sedang banyak dibicarakan. Setiap negara dengan hati-hati mempertimbangkan pilihan strategis apa yang akan digunakan untuk memerangi gangguan rantai pasokan dan melindungi kepentingan dalam negerinya.
Dalam konteks ini, Indonesia memilih untuk mendorong terciptanya nilai tambah industri nasional yang akan menjadi landasan percepatan transformasi perekonomian di masa depan, khususnya transformasi ekonomi.
“Hilirisasi jangan dimaknai sebagai larangan ekspor mineral. Namun kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan nilai tambah di sektor pertambangan mineral dan logam, ujarnya.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA), termasuk mineral, yang diperkirakan akan memegang peranan penting di masa depan.
Untuk itu, Wamenkeu menyampaikan Indonesia terbuka bagi investor hilir untuk menciptakan industri berbasis sumber daya mineral.
Terkait ekonomi hijau, Wamenkeu menyoroti berbagai langkah yang dilakukan Indonesia dalam kebijakan transisi energi, seperti Mekanisme Transisi Energi, Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan, dan partisipasi dalam Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP).
Indonesia juga membuka investasi pada pembangkit listrik tenaga batu bara yang dijadwalkan pensiun dini untuk mempercepat adopsi energi terbarukan.
“Semua ini dilakukan untuk memenuhi dua komitmen Indonesia kepada dunia, yaitu target NDC pada tahun 2030 dan net zero emisi pada tahun 2060 atau lebih awal,” kata Wamenkeu.
+ There are no comments
Add yours