Jakarta-Niyoto (55) adalah seorang pekerja sekaligus pemilik bengkel karoseri di Jalan Putri Tunggal No. Harjamukti, Cimanggis, Depok. Wensen, salah satu tempat penitipan anak yang berlokasi di usia 42 tahun, mengaku sering mendengar anak-anak menangis di sekolah. Tempat kerja Nyoto konon dibatasi oleh tembok kawat berduri dan kamar anak.
Nyoto menambahkan, tangisan tersebut terdengar tragis dan terdengar meski masyarakat sedang sibuk bekerja di bengkel. “Saya dengar dari sini (tangisan),” kata Nyoto, Kamis (1/8/2024), “Kadang pagi saya menangis, kadang saya menangis seperti ini.”
Nyoto mengaku hampir setiap hari terdengar tangisannya. Hal yang sama juga berlaku meskipun Anda mendengarkan dengan penuh perhatian sumber tangisan bayi. “Kalau didengarkan, itu hanya anak-anak,” katanya.
Nyoto mengaku tak menyangka tempat penitipan anak itu menjadi tempat terjadinya tindak pidana penganiayaan anak (TKP). Ia menganggap menangis adalah tanda bahwa anak tidak ingin meninggalkan orang tuanya. “Sepertinya aku menangis karena tidak ingin diurus. “Saya tidak pernah mengira anak-anak disiksa,” katanya.
Nyoto mengatakan, layanan penitipan anak tersebut dibuka dua bulan lalu dengan nama TK-PAUD. Menurut dia, bangunan tersebut awalnya adalah rumah bidan, dan Wensen serta tim menyewa rumah yang halamannya luas.
“Tempat penitipan anak ini baru beroperasi dua bulan dan sebelumnya spanduk TK-PAUD sudah dicopot. Besi bidan, kalau dilakukan Wensen di ubin, mungkin kemarin sudah dilepas. “Aku sibuk suatu hari nanti”
Sekadar informasi, Meita yang aslinya bernama MI, pemilik sekaligus pengelola Wensen School Daycare, ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka pemerkosaan dua bayi berusia 2 tahun dan 9 bulan.
Pelaku MI divonis 5 tahun 6 bulan penjara berdasarkan Pasal 80 ayat (1) juncto Pasal 80 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. .
+ There are no comments
Add yours