Waspada kelainan irama jantung tersembunyi pada saat berolahraga

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Dokter Spesialis Kardiovaskular Universitas Indonesia dr Donny Yugo Hermanto Sp.JP (K) mengatakan, saat melakukan aktivitas berat seperti olahraga, sebaiknya waspadai potensi kelainan irama jantung yang bisa terjadi. mungkin tidak terdeteksi oleh tes jantung. Ini menyatakan bahwa perlu hati-hati terhadap kelainan.

Dihubungi ANTARA secara online, Selasa, Dhoni mengatakan atlet profesional juga bisa mengalami serangan jantung akibat irama jantung tidak normal yang tidak bisa terdeteksi alat monitor jantung.

“Atlet profesional mungkin mengalami jantung berdebar ketika irama jantungnya tidak normal. Dalam keadaan normal, kelainan ini tidak akan terdeteksi pada pemindaian jantung,” kata Donny.

Hal ini mengacu pada meninggalnya pemain tunggal putra China Zhang Jijie yang meninggal dunia pada ajang BNI Badminton Asia Junior Championship 2024 yang digelar di Yogyakarta, Minggu (30 Juni) malam.

Dokter di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Utara mengatakan pemeriksaan khusus harus dilakukan terhadap orang-orang yang berisiko tinggi terkena penyakit jantung.

Ia mengatakan, pemeriksaan seperti tes provokatif dan elektrokardiogram sering dilakukan pada orang yang mengeluhkan sinkop mendadak, penglihatan kabur, serangan jantung, atau riwayat kematian mendadak dalam keluarga.

Selama berolahraga, baik atlet maupun masyarakat umum perlu mengetahui fungsi jantungnya melalui tes cardiopulmonary workout test (CPET) yang tersedia di beberapa rumah sakit.

Selain itu, dengan menghitung nilai Detak Jantung Remaja (APMHR), dapat digunakan untuk mengecek detak jantung saat berolahraga.

“Nilai APMHR bisa dihitung dengan rumus 220 tahun. Kalau denyut nadi lebih besar dari APMHR berarti kapasitas jantung maksimal. Tapi penilaian terbaik tetap menggunakan CPET,” jelasnya.

Untuk menghindari serangan jantung, orang yang berolahraga harus mewaspadai gejala seperti kelelahan ekstrem, nyeri dada, sesak napas, dan pingsan, kata Donny.

“Jika ada orang di sekitar Anda yang mengalami serangan jantung, Donnie menyarankan untuk memberikan pertolongan pertama dengan memeriksa kewaspadaan, meminta bantuan, dan memeriksa denyut nadi di leher selama 5 hingga 10 detik. Jika tidak ada denyut nadi, Anda dapat melakukan CPR pada kecepatan 100. detak per menit. “

Pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) ini tersedia untuk dipelajari masyarakat dan terdapat beberapa penyelenggara, seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), yang memberikan pelatihan kepada masyarakat secara rutin.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours