Waspadai implikasi pewarna kimia pada makanan terhadap kesehatan anak

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Para ahli gizi mengingatkan pentingnya mewaspadai dampak negatif penggunaan pewarna kimia pada makanan terhadap kesehatan anak.

Seperti dikutip dalam siaran Well & Good, Kamis (3/10), ahli gizi Tammy Best, RDN, dari Top Nutrition Coaching di Amerika Serikat, produsen kerap menggunakan pewarna buatan untuk membuat produk makanan lebih menarik bagi anak-anak

Produk makanan yang berwarna cerah, terutama makanan olahan, menarik minat anak untuk mengonsumsinya.

Faktanya, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Nutrition Review pada Juni 2024, para peneliti menemukan hubungan antara makanan olahan dan obesitas pada masa kanak-kanak serta kondisi kardiometabolik lainnya seperti diabetes.

Sebaiknya dikatakan bahwa pola makan makanan utuh atau makanan dengan tingkat pengolahan yang minimal lebih baik untuk tumbuh kembang anak.

“Pola makan utuh adalah pola makan yang tidak diolah, dimana makanan yang dimakan berasal dari bumi. Makanan tersebut dimakan dalam keadaan alami, tanpa tambahan pewarna buatan, tidak diolah,” jelasnya.

Meski tidak memberikan manfaat nutrisi apa pun, bukan berarti pewarna buatan pada makanan harus dihindari sepenuhnya.

Best mengatakan saat ini belum ada pedoman berapa banyak pewarna makanan buatan yang dianggap aman bagi kesehatan.

“Saya menyarankan untuk membatasi penggunaan produk makanan dengan pewarna (kimia) tersebut. Pewarna yang aman adalah yang terbuat dari makanan nabati seperti wortel, kismis, bit, dan buah beri,” ujarnya.

Dia mengingatkan orang tua untuk memeriksa label makanan dan melihat daftar bahan.

Best juga menyatakan perlunya mengurangi ketersediaan dan aksesibilitas makanan dengan pewarna buatan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours