WHO Umumkan Kasus Kematian Pertama Flu Burung, Terdeteksi di Meksiko

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan orang pertama di dunia yang meninggal akibat flu burung.

Diketahui, seorang warga Meksiko meninggal karena flu burung yang belum pernah diketahui sebelumnya pada manusia.

Strain flu burung H5N2 diketahui membunuh burung di seluruh dunia, namun sejauh ini belum ada kasus penularan atau kematian pada manusia. Namun pria berusia 59 tahun itu dikabarkan jatuh sakit pada April lalu.

Menurut informasi WHO, para laki-laki tersebut sebelumnya memiliki masalah kesehatan lain sehingga menjadikan mereka kelompok rentan.

Pejabat setempat mengatakan pria tersebut telah berada di rumah selama beberapa minggu sebelum jatuh sakit pada 17 April. Ia mengalami gejala demam, sesak napas, diare, dan mual akibat flu burung.

Pada tanggal 24 April, pria tersebut pergi ke rumah sakit dan dirawat di Institut Penyakit Pernafasan Nasional (INER). Sayangnya, dia meninggal pada hari yang sama.

Setelah pria tersebut meninggal, petugas kesehatan INER segera mulai menguji sampel yang diambil dari pria tersebut.

Pada tanggal 8 Mei, Laboratorium Biologi Molekuler Pusat Penelitian Penyakit Menular menunjukkan sampel tersebut positif influenza A (H5N2).

Pada tanggal 22 Mei, Institut Diagnosis dan Referensi Epidemiologi mengkonfirmasi penyebaran virus tersebut. Saat ini petugas kesehatan belum mengetahui penyebab penyakit tersebut karena orang tersebut tidak memiliki riwayat kontak dengan burung atau hewan lain.

Investigasi epidemiologi dilakukan setelah 17 kontak teridentifikasi dan diperiksa di rumah sakit tempat pasien meninggal dan 12 kontak teridentifikasi di dekat tempat tinggalnya, serta dinyatakan positif SARS-Cov-2 dan influenza.

Meski belum ada kasus flu burung lain yang dilaporkan, hasil seluruh sampel serologis masih tersedia.

Beberapa wabah H5N2 telah diidentifikasi pada ayam di Meksiko, termasuk wabah yang ditemukan di peternakan ayam di negara bagian Michoacan, yang berbatasan dengan Meksiko, tempat tinggal manusia tersebut.

Selain itu, dua wabah flu burung patogen rendah (LPAI) A(H5N2) telah dilaporkan di dua kota di Negara Bagian Meksiko.

Namun, tidak jelas apakah kasus ini ada hubungannya dengan wabah cacar air yang baru-baru ini terjadi.

Meski begitu, hingga saat ini WHO dan otoritas lainnya terus memantau jenis flu burung tersebut untuk melihat apakah bisa berubah dan menjadi ancaman.

Menanggapi kasus kematian pertama akibat flu burung, Direktur Bird Virology Group, Pirbright Institute, Prof. Ian Brown mengatakan pihaknya segera menindaklanjutinya.

Tindakan cepat para profesional kesehatan dan anggota keluarga yang pernah melakukan kontak dengan pasien meyakinkan bahwa kasus tersebut kini jarang terjadi, kata Prof Ian Brown, dikutip dari laman BBC.

Dr Ed Hutchinson dari Universitas Glasgow mengatakan, ada kemungkinan penyakit pria tersebut terjadi secara tiba-tiba, yang berarti dia mungkin tertular virus tersebut.

“Saat ini masyarakat sedang dievaluasi, termasuk melakukan tes terhadap orang yang mengidap virus namun mampu melawan penyakit tersebut untuk melihat apakah mereka menunjukkan kekebalan,” ujarnya.

“Jika ada lebih banyak orang yang terinfeksi virus ini dalam suatu populasi, maka hal ini akan menjadi lebih buruk dan lebih mengkhawatirkan,” tambahnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours