YLKI: Minuman manis tidak lebih baik dari nasi

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) membenarkan minuman bersoda dapat menyebabkan diabetes tipe 2 dan obesitas serta berdampak langsung pada resistensi insulin dibandingkan nasi putih.

“Minuman bersoda seperti soda atau teh celup langsung meningkatkan gula darah tanpa memberikan manfaat nutrisi,” kata Plt Ketua Yayasan Harian YLKI Indah Sokmaningsih dalam konferensi pers yang diperoleh YLKI, Rabu.

Indra mengatakan penelitian menunjukkan minuman bersoda dan nasi putih dapat meningkatkan risiko diabetes, namun dalam kadar yang berbeda.

Konsumsi minuman bersoda secara teratur dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2, namun nasi putih tidak mengandung gula dan tetap menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi. Apalagi jika dikonsumsi dalam jumlah wajar.

Ia menambahkan: “Tetapi untuk menjaga kesehatan, pilihan yang aman adalah dengan mengurangi asupan keduanya, mengganti minuman bebas gula atau bebas gula dengan air atau teh, dan menggantinya dengan karbohidrat sehat seperti nasi putih atau merah atau quinoa.” .

Pajak Minuman Keras Untuk menyehatkan masyarakat Indonesia, YLKI berpendapat diperlukan pendekatan komprehensif yang mencakup kebijakan fiskal seperti peraturan yang ketat dan kampanye pendidikan berskala besar.

Minuman dalam kemasan (MBDK) tetap menjadi solusi efektif untuk mengubah perilaku konsumsi gula di masyarakat.

“Minuman beralkohol MBDK merupakan bagian penting dari upaya membantu masyarakat Indonesia mengurangi konsumsi gula berlebih dan mencegah munculnya NCD (penyakit tidak menular) di masa depan,” kata Indah.

Gula sebagai alternatif pengganti cukai MBDK sebagai upaya jangka panjang. YLKI menanggapi peta jalan yang diajukan Gabungan Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) yang merekomendasikan pengendalian garam dan lemak (GGL).

Namun hal ini tetap disertai dengan kebijakan fiskal yang kuat untuk membawa perubahan yang diperlukan dalam perilaku konsumen.

“Kontribusi minuman ringan terhadap total konsumsi gula di tingkat nasional hanya sebesar 4 persen, dan tidak ada penurunan yang mendesak dalam pengendalian produk. Sebaliknya, penerapan tarif akan secara langsung mendorong produsen untuk mengatur kandungan gula dalam produknya,” katanya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours