Youthlab: Kebudayaan digital menuntun bangsa capai Indonesia Emas 2045

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Indonesia Youthlab memperkirakan budaya digital yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila dapat memandu cita-cita Indonesia menjadi bangsa emas pada tahun 2045.

“Pancasila dengan budaya digital pada akhirnya tidak hanya mendidik generasi muda Indonesia, tetapi juga penting untuk membaca perkembangan teknologi di masa depan,” kata CEO Youthlab Indonesia Axel Khadinirat dalam diskusi online di Jakarta, Jumat.

Alex mengatakan, teknologi digital saat ini berkembang pesat dan akan berdampak besar pada karakter anak di masa depan. Jika tidak ditangani atau diabaikan, akan timbul pola perilaku yang merugikan negara di kemudian hari.

Hal ini dapat dibuktikan dalam waktu sekitar 15 tahun penelitian. Ada beberapa temuan yang didapat pihaknya, di antaranya generasi muda di Indonesia rela tertinggal dengan tren selanjutnya (FOMO).

Lalu ada fenomena banyak anak muda yang kecanduan bermain game online sehingga memotivasi mereka untuk terus bermain atau memenangkan hadiah.

Jika permainan tersebut dimainkan tanpa batas waktu atau diubah, Alex khawatir anak-anak akan lebih mudah tertarik dengan perjudian online di kemudian hari berdasarkan level setiap permainan yang dimainkan di masa lalu.

Ada lagi fenomena yang mengikuti tren anak muda atau hal-hal yang tidak Pancasila. Misalnya, tren Weaboo memungkinkan orang mengenakan kostum (cosplay) untuk membaca manga atau menonton anime, atau bahkan mengakses program yang mengklaim konten erotisnya membingungkan.

“Ini mendesak bagi generasi muda karena bisa menjadi ancaman bagi Indonesia emas kita.” Jika kita memanfaatkannya dengan baik, kita bisa menjadi sebuah bangsa. Bisa dibilang Korea, tapi bisa juga sebaliknya,” kata Alex.

Oleh karena itu, dari segi media sosial atau ruang digital, Alex menilai Indonesia membutuhkan budaya digitalisasi yang dapat membuat seluruh lapisan masyarakat dapat memanfaatkannya secara natural dan nyaman.

Meskipun filter pemerintah tidak cukup kuat untuk membatasi di mana pun di dunia tanpa batas. Apapun topik yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, ia meminta agar terus memberikan edukasi kepada generasi muda akan pentingnya menyaring hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai suporter atau penggemar. .

“Jadi memiliki budaya digital berarti memikirkan apa yang baik bagi kita dan meninggalkan apa yang buruk,” kata Alex.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours