Yuk tetap bermasker, udara Jakarta masih terburuk ketiga di dunia

Estimated read time 2 min read

Jakarta dlbrw.com – Pada Kamis pagi, kualitas udara Jakarta tercatat sebagai kota terburuk ketiga di dunia sehingga disarankan untuk memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan. Indeks kualitas udara (AQI) Jakarta berada pada angka 143 atau tidak sehat, berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06:00 WIB. Gambar ini memuat gambaran tingkat kualitas udara yang tidak sehat bagi kelompok rentan karena dapat menimbulkan kerugian bagi manusia dan hewan kelompok rentan atau merusak tanaman dan nilai estetika. Sementara itu, kualitas udara berada pada kategori rata-rata PM2.5 51-100, tidak berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan hewan, berdampak pada tanaman sensitif, dan memiliki nilai estetika. Berikutnya kategori baik adalah tingkat kualitas udara yang tidak mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan serta tidak mempengaruhi tanaman, bangunan atau nilai estetika dan berkisar antara PM2.5 0-50. Baca juga: Luhut: Detektor Gas Akan Dipasang di Pabrik Sekitar Jakarta. Kemudian kategori ini sangat tidak sehat pada kisaran PM2.5 200-299, atau kualitas udara dapat mempengaruhi kesehatan beberapa segmen terbuka. ukuran populasi. Terakhir, kualitas udara yang berbahaya (300-500) atau secara umum dapat sangat membahayakan kesehatan masyarakat. Berikutnya kota dengan kualitas udara terburuk adalah Kinshasa, Kongo di peringkat 165 dan Kota Kuwait di peringkat 153.

Keempat adalah Chengdu, Tiongkok dengan peringkat 127, kelima adalah Kairo, Mesir dengan peringkat 122, keenam adalah Kampala, Uganda dengan peringkat 116. Ketujuh adalah Dhaka, Bangladesh dengan peringkat 113, dan kedelapan adalah Lahore, Pakistan dengan peringkat 111. , São Paulo Brasil berada di peringkat ke-9, ke-102, dan Riyadh di Arab Saudi berada di peringkat ke-97 di peringkat kesepuluh. Baca juga: DKI Wajibkan 71 Titik Pengendalian Kualitas Udara, Masyarakat Diimbau Pakai Masker Saat Keluar Rumah, Tutup Jendela dan Nyalakan Filter Udara Bila Bisa Kurangi Aktivitas Luar Ruangan dan Hindari Udara Kotor di Luar.

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI menambah dua mesin kabut air untuk mengurangi polusi udara Jakarta pada tahun 2024.

Selanjutnya, DLH DKI Jakarta juga mendapat dukungan dana dari Clean Air Fund dalam program “Breathe Jakarta” untuk meningkatkan kualitas udara.

Tak hanya itu, setidaknya 13 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara telah masuk dalam daftar pensiun dini atau early end of life karena emisi yang tinggi, kata pemerintah.

Dari 13 PLTU tersebut, termasuk PLTU Suralaya. Tiga belas unit ini menghasilkan total 48 juta atau lebih.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours