Zimbabwe dorong pemanfaatan mineral berkelanjutan di IAF ke-2

Estimated read time 2 min read

Badung (ANTARA) – Wakil Presiden Zimbabwe Kembo Dugish Campbell Muleya (K.C.D.) Mohadi mendorong upaya pemanfaatan mineral secara berkelanjutan pada Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 yang digelar di Nusa Dua Bali pada 1-3 September 2024.

“Saya sangat yakin bahwa penggunaan dan eksploitasi mineral akan menciptakan dampak dan perubahan yang akan meningkatkan pembangunan ekonomi internasional Zimbabwe,” ujarnya pada Dialog Pemimpin IAF, Selasa (3/9).

Menurut Mohadi, sektor pertambangan menyumbang 60 persen PDB negara.

Oleh karena itu, guna memperluas pemanfaatan bahan galian, kata dia, perlu dilakukan rehabilitasi kawasan pasca penambangan untuk memulihkan ekosistem dan memastikan lahan dapat digunakan untuk keperluan lain setelah dilakukan pekerjaan khusus.

Untuk upaya ini, pemerintah Zimbabwe membentuk sebuah badan di gunung tersebut untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum.

Selain itu, Mohadi menekankan pentingnya pertambangan karena dapat mewujudkan pengembangan lahan untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan.

Inilah sebabnya Zimbabwe menyambut baik investasi dalam proyek reklamasi lahan dan restorasi ekosistem untuk mendorong pemanfaatan berkelanjutan.

Selain itu, Mohadi mengatakan kerja sama negaranya dengan komunitas internasional tetap menjadi bagian penting dari kebijakan Zimbabwe.

“Tujuan pemerintah Zimbabwe adalah untuk sepenuhnya mengintegrasikan negaranya ke dalam komunitas internasional guna mencapai hasil positif bagi Zimbabwe.”

Di bawah kepemimpinan Presiden Zimbabwe Emerson Mnangagwa, Mohadi mengaku bertekad untuk terus meningkatkan kemudahan berusaha di negaranya.

Dalam hal ini, kami mendirikan Otoritas Investasi dan Pembangunan Zimbabwe, sebuah badan bersama yang mempunyai mandat untuk memfasilitasi dan memfasilitasi proses investasi.

IAF ke-2 akan diselenggarakan pada 1-3 September 2024 bersamaan dengan pelaksanaan High Level Multilateral Forum for Cooperation (HLF-MSP).

Mengusung tema “Bandung Spirit for African Agenda 2063”, Indonesia ingin membangun landasan bagi kelanjutan pengembangan kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika di masa depan sebagai hasil Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

Beberapa kerja sama yang perlu diprioritaskan dalam pertemuan tersebut antara lain kerja sama reformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.

Hasil spesifiknya mencakup perjanjian bisnis pemerintah atau G-to-G, G-to-B dan B-to-B serta rencana induk pembangunan Indonesia dan negara-negara ketiga di Afrika, termasuk kemitraan segitiga. Dengan transaksi hingga US$3,5 miliar (sekitar $54,69 juta).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours