Siphonophora: Koloni Kloning yang Lebih Panjang dari Paus Biru!

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Bayangkan makhluk laut yang lebih tinggi dari paus biru, hewan terbesar di bumi. Inilah Siphonophora, Koloni Organisme Hasil Kloning yang Hidup di Kedalaman Laut!

Lautan menyimpan banyak sekali misteri, salah satunya adalah Siphonophora. Makhluk ini mungkin terdengar aneh di telinga, namun keunikannya dijamin akan membuat Anda takjub.

Memanjang seperti tali, Siphonophora merupakan kelompok hewan laut yang terdiri dari 175 spesies. Mereka hidup di kedalaman lautan di seluruh dunia, meski tidak semua spesies ditemukan di setiap lautan. Kebanyakan Siphonophora panjang dan berserabut, tetapi beberapa, seperti man o’war Portugis yang beracun (Physalia physalis), menyerupai ubur-ubur.

Meski terlihat seperti hewan tunggal, Siphonophora sebenarnya adalah koloni yang terdiri dari organisme individu yang disebut “zooids”.

Setiap kebun binatang memiliki fungsi koloni yang berbeda-beda, meski secara genetik identik. Beberapa bertanggung jawab menangkap mangsa dan mengonsumsi makanan, sementara yang lain membiarkan koloni berkembang biak atau berenang.

Kebun binatang secara individu tidak dapat hidup sendiri karena mengkhususkan diri pada satu fungsi, sehingga saling bergantung satu sama lain untuk membentuk suatu “tubuh”.

Bagaimana Siphonophora Tumbuh Siphonophora berkembang dari satu zoon yang menetas dari telur yang telah dibuahi. Kebun binatang pertama ini mengembangkan zona pertumbuhan, tempat tumbuhnya kebun binatang baru.

Siphonophora mereplikasi dirinya secara aseksual untuk menghasilkan lebih banyak zooid. Proses ini terus berlanjut hingga membentuk koloni yang panjang dan kompleks.

Predator terhebat dengan tentakel beracun

Siphonophora memakan berbagai hewan laut kecil, termasuk plankton, ikan, dan krustasea kecil. Spesies yang menggunakan racun untuk menangkap mangsanya memiliki tentakel yang berisi tentakel kecil namun mematikan yang mengandung racun yang melumpuhkan.

Untuk berburu, mereka melemparkan tentakelnya untuk mengambil mangsanya dan melumpuhkannya, sebelum menarik makanan ke dalam mulutnya.

Siphonophora Raksasa dan “Spiral Kematian” Pada tahun 2020, ahli biologi kelautan di Australia Barat menemukan Siphonophora raksasa sepanjang 46 meter (Praya dubia) dalam “spiral kematian” yang dengan mudah menangkap mangsa karena ukurannya yang besar.

Spiral terbentuk ketika Siphonophora berenang berputar-putar, menciptakan pusaran yang menarik mangsa untuk mencapai tentakel beracunnya.

Bioluminesensi: Cahaya mematikan dalam kegelapan Kebanyakan siphonophora juga bercahaya dan menghasilkan cahaya melalui reaksi kimia untuk menarik mangsa.

Meskipun sebagian besar spesies bersinar hijau atau biru, spesies Siphonophora dari genus Erenna adalah invertebrata laut pertama yang memancarkan cahaya merah.

Bioluminesensi merah sangat jarang terjadi karena panjang gelombang pendek cahaya biru dan hijau menempuh jarak yang lebih jauh di lautan dan secara evolusi lebih berguna bagi hewan laut.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science pada tahun 2005 oleh ahli biologi kelautan Steven Haddock dari Monterey Bay Aquarium Research Institute, lampu merah ini dapat membantu menarik perhatian ikan karena mereka melihatnya sebagai cahaya merah yang berasal dari alga di perut ikan saat headbutt datang.

Mangsa dan predator Siphonophora sering diburu oleh penyu atau ikan besar. Namun, beberapa spesies dapat menggunakan tentakel cakarnya untuk mempertahankan diri dari predator tersebut. Makhluk-makhluk ini juga diburu oleh krustasea kecil transparan yang disebut phronima, atau kereta dorong bayi.

Fakta Unik tentang Siphonophora:- Siphonophora terbesar yang pernah ditemukan memiliki panjang 46 meter, lebih panjang dari paus biru!

– Beberapa Siphonophora dapat menghasilkan cahaya merah, yang sangat jarang terjadi pada hewan laut.

– Siphonophora adalah koloni organisme hasil kloning yang bekerja sama untuk bertahan hidup.

– Setiap kebun binatang di koloni Siphonophora memiliki fungsi tertentu.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours