Amplifikasi hilirisasi sektor mineral di bumi Afrika melalui IAF

Estimated read time 4 min read

Badung dlbrw.com – Seorang jurnalis Kerajaan Eswatini mengungkapkan ketertarikannya ketika Direktur Kementerian Luar Negeri RI untuk Afrika Dewi Justisya Mediwati menyinggung keinginan Indonesia membantu negara-negara di kawasan Afrika untuk mengangkut mineral.

Ia yang awalnya hanya diam di kursi baris belakang, kemudian mengangkat tangan dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia.

“Saya senang ketika direktur mengatakan bahwa Indonesia akan membantu negara-negara Afrika meningkatkan nilai pasar produk pertanian kita,” kata jurnalis dari kerajaan Afrika bagian selatan yang tidak memiliki daratan, yang terletak di antara Afrika Selatan di barat dan Mozambik di timur. . Kerajaan ini dulunya bernama Kerajaan Swaziland.

Tak lupa ia memasukkan beberapa keluhan mengenai masuknya negara lain ke benua Afrika untuk merampas kekayaan mineralnya.

Jurnalis tersebut mengatakan negara-negara membeli produk mineral di negaranya dengan harga murah karena masih berupa bahan mentah untuk diolah dan dijual kembali ke negara-negara Afrika dengan harga lebih tinggi.

Permasalahan serupa rupanya juga menimbulkan kekhawatiran di Indonesia. Permasalahan inilah yang pada akhirnya mendorong Presiden Indonesia Joko Widodo untuk memperkuat kebijakan hilirisasi guna mendongkrak nilai penjualan.

Berdasarkan komitmen penguatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara di benua Afrika, Direktur Kementerian Luar Negeri RI untuk Afrika yang akrab disapa Medi ini menyebarkan semangat hilirisasi ke negara-negara kawasan yang kaya akan sumber daya alam. sumber daya. Sumber daya mineral.

Siapkan desain yang spektakuler

Sebelum menyebarkan semangat tersebut ke hilir, diperlukan master design yang dapat memberikan gambaran ke mana Indonesia harus melangkah dan apa tujuannya agar efektif dan efisien.

Diakui Medi, Indonesia belum memiliki rencana kerja sama yang besar dengan negara-negara Afrika. Grand designnya nantinya mencakup negara mana di kawasan Afrika yang akan menjadi sasaran kerja sama, lalu kerja sama di sektor mana.

Oleh karena itu, hasil dari berbagai komite yang diselenggarakan pada Indonesia-Africa Forum (IAF) bertujuan untuk membantu pemerintah menyiapkan rencana kerja sama yang besar, khususnya bagi negara-negara di kawasan Afrika.

Indonesia dapat menjangkau negara-negara Afrika melalui Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau dikenal juga dengan Badan Pembangunan Internasional Indonesia (AID).

Indonesia Aid merupakan unit usaha di lingkungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang mengelola dana kerja sama pembangunan internasional dalam rangka pemberian bantuan kepada pemerintah/lembaga asing.

Bentuk nyata bantuan Indonesia mencakup berbagai jenis kerja sama pembangunan, antara lain kerja sama hibah dan kerja sama peningkatan kapasitas berbagai bantuan kemanusiaan ke negara sasaran.

Negara-negara yang disasar organisasi ini adalah negara-negara di Afrika, Pasifik, dan Amerika Latin.

Khususnya untuk negara-negara di kawasan Afrika, Medi mengumumkan rencana pemberian bantuan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan nilai jual komoditas, terutama yang berasal dari sektor mineral.

Tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa negara di Afrika dan Indonesia mempunyai kesamaan, yaitu kaya akan sumber daya mineral.

Indonesia yang selama ini berkecimpung di dunia industri manufaktur dalam hal ini dapat berbagi pengalaman mengenai upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan nilai jual produk pertambangan. Peningkatan nilai penjualan akan menyebabkan peningkatan pendapatan pemerintah.

“Indonesia selangkah lebih maju dalam hilirisasi dan mereka (negara-negara Afrika) ingin belajar,” tambah Medi.

Kerjasama energi

Dalam diskusi lain mengenai potensi mineral negara-negara Afrika, Direktur Jenderal Asia, Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Qadir Gilani menyoroti keberadaan litium yang melimpah.

Kader mengatakan, untuk mencapai ambisi Indonesia, dalam hal ini menjadi salah satu pemain besar ekosistem kendaraan listrik, mineral penting yang dibutuhkan tidak hanya terbatas pada nikel.

Lithium merupakan logam penting dan merupakan komponen penting dalam produksi baterai untuk mobil listrik.

Oleh karena itu, jika Indonesia ingin berperan penting dalam ekosistem kendaraan listrik dengan menjadi produsen baterai kendaraan listrik, Indonesia perlu menerapkan kerja sama energi dengan negara-negara di benua Afrika. Banyak negara di Afrika memiliki potensi mineral penting dan kaya lainnya.

Negara-negara di kawasan Afrika mempunyai segudang potensi tersembunyi. Afrika bukan hanya tentang kemiskinan atau konflik. Afrika memiliki potensi besar, baik di bidang perdagangan, investasi, maupun kerja sama energi. Kadir menyampaikan, sudah saatnya Indonesia kembali fokus dan memandang Afrika sebagai potensi yang belum dimanfaatkan.

Sudah saatnya Indonesia merangkul Afrika dan meningkatkan potensinya.

Dilatarbelakangi semangat tersebut, International Action Forum kedua digelar untuk memperluas kerja sama dengan negara-negara Afrika setelah forum pertama pada tahun 2018. Kader memperkirakan total nilai kerja sama Indonesia dengan negara-negara Afrika pada Indonesia-Africa Forum (IAF) kedua akan mencapai 3,5 miliar USD atau sekitar Rp 53,9 triliun.

Jumlah ini mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan dana sebesar USD 586,56 juta (sekitar Rs 9,04 triliun) yang dikumpulkan pada Forum Keuangan Islam pertama.

Berbagai bentuk kerja sama yang direncanakan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Afrika merupakan bukti nyata komitmen Indonesia untuk berkontribusi terhadap tercapainya perdamaian dan keadilan global sebagaimana diatur dalam konstitusi.

Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi kepentingan nasional, namun Indonesia juga memastikan bahwa kerja sama dengan negara-negara Afrika dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Mulai dari Indonesia hingga dunia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours