AIMI ajak masyarakat perkecil kesenjangan akses menyusui

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk bekerja sama menutup kesenjangan dukungan ASI.

“Kami melihat peningkatan yang signifikan dalam upaya dari berbagai pihak untuk secara positif mengadvokasi, mempromosikan dan mendukung pemberian ASI. “AIMI ingin mengajak semua pihak untuk berperan lebih besar dalam upaya peningkatan ASI di Indonesia,” kata Ketua Umum AIMI Nia Umar dalam konferensi pers online Pekan ASI Sedunia 2024 yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Menurut Nia, AIMI menekankan pentingnya memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh ibu untuk menyusui bayinya dan fokus mengedukasi masyarakat mengenai kesenjangan praktik dukungan menyusui, terutama mereka yang masih berada pada kelompok rentan.

Dalam rangka Pekan ASI Sedunia (PMD) 2024 sekaligus HUT AIMI ke-17, pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung ASI di Indonesia melalui berbagai program, termasuk edukasi dan dukungan bagi ibu menyusui serta advokasi kebijakan.

Ia mengatakan ada beberapa tantangan dalam meningkatkan kesadaran akan kegiatan menyusui, seperti promosi massal produk pengganti ASI yang tidak diimbangi dengan promosi praktik pemberian makan bayi dan anak yang baik (IYCF).

Terlebih lagi, kebijakan yang ada di Indonesia belum cukup komprehensif dalam melindungi hak ibu dan anak untuk menyusui dan menyusui.

Menurutnya, masih banyak kesenjangan dalam hal kebijakan untuk mematuhi praktik IYCF yang relevan.

Selain itu, cara nyata untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI adalah dengan memastikan seluruh layanan kesehatan di Indonesia memberikan layanan berkualitas terkait manajemen laktasi.

Namun dukungan ini belum merata di seluruh marzes dan masih belum mencakup masyarakat yang kurang beruntung secara sosial.

“Melibatkan semua pihak juga memerlukan pemetaan pihak mana yang memiliki integritas, kompetensi dan tidak ada konflik kepentingan untuk mendapatkan dukungan. Hal ini harus memastikan bahwa ibu dan anak tidak menjadi sasaran komersialisasi,” katanya.

Nia menekankan pentingnya menjamin 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) bagi anak dan ibunya agar anak dapat menikmati hak dasar hidup dan kesehatan.

Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan harus mengatasi kesenjangan yang ada dengan menyiapkan langkah-langkah strategis bagaimana mengurangi promosi massal produk pengganti ASI untuk melindungi hak ibu dan anak.

Kemudian meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan untuk membantu ibu dan anak mencapai ASI dan hak menyusui, serta memberikan dukungan di segala situasi.

“Terus tingkatkan kesadaran akan pentingnya dukungan menyusui dan praktik yang baik di IYCF agar semakin banyak pihak yang mendukungnya, termasuk mengangkat isu terkait promosi produk pengganti ASI yang tidak etis dan konflik kepentingan,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours