Berantas Overcharging kepada Pekerja Migran Indonesia, BP2MI Datangi Singapura

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) melakukan kunjungan kerja ke Singapura. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mempererat kerja sama ketenagakerjaan dan perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI) di Tanah Air.

Kunjungan tersebut dimulai akhir pekan lalu di kantor Kementerian Luar Negeri (MFA) di Singapura. Pada kesempatan tersebut, BP2MI mengawali pertemuan dengan perwakilan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan (MOH) Singapura.

BP2MI kemudian bertemu dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura, pengurus Asosiasi Agen Perekrutan dan PMI di Singapura.

Dalam pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan Singapura, Lasro Simballon, Ketua Delegasi, Wakil Kepala Divisi Penempatan dan Pertahanan BP2MI Asia Afrika, mengatakan kedua negara perlu dibentuk. Nota kesepahaman. (MoU) merupakan kerangka hukum kerjasama akomodasi dan perlindungan.

Wakil Direktur Kementerian Luar Negeri Singapura, Mr. Jeff Hu dan Wakil Direktur Kementerian Kesehatan Mr. Priscilla Ang memahami dan memperhatikan usulan ini dan akan berdiskusi lebih lanjut.

“Kami prihatin dengan kenyataan bahwa mayoritas pekerja rumah tangga Indonesia di Singapura justru direkrut oleh agen Singapura dengan menggunakan jaringan independen, yang bukan merupakan prosedur di Indonesia karena tidak mematuhi UU 18/2017 dan peraturan terkait lainnya. “Otoritas Singapura harus mencermati masalah ini,” tegas Lasro, Senin (29/7/2024).

Diperlukan solusi bersama untuk mengatasi praktik kepadatan penduduk, kata Lasro. PMI sektor domestik sudah nol di beberapa negara. Bahkan, di Singapura, selain membayar pekerjaan pribadi, agen di Singapura dan Indonesia masih harus memotong gajinya hingga delapan bulan. “Praktik menaikkan harga harus dihentikan. Lasro mengatakan hal itu perlu dihilangkan.

Di bidang kesehatan, Lasro menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah Singapura karena baru pertama kali 61 perawat dan puluhan caregiver bekerja di Singapura. Mereka dibayar cukup baik dan pengeluarannya masih dianggap proporsional.

Diakui bahwa jumlah perawat dan caregiver dari Indonesia masih sedikit dibandingkan negara rujukan lainnya (seperti Filipina, Sri Lanka, bahkan Myanmar). Kendala utamanya adalah kemampuan bahasa Inggris bagi calon perawat.

“BP2MI siap membantu memberikan tambahan koordinasi penempatan perawat dan caregiver di Singapura untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat,” kata Lasro.

Selain proyek P to P yang sedang berjalan, Wakil Presiden Lasro juga meminta Singapura untuk melaksanakan proyek Government to Government (G to G) seperti yang telah dilakukan dengan pemerintah Jepang dan Jerman.

Mengenai setting bahasa Inggris, Wakil Presiden Lasro secara khusus menyarankan agar Singapura (Kementerian Kesehatan) menjajaki kemungkinan pelaksanaan proyek percontohan untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris perawat dan caregiver CPMI yang dianggap disaring untuk kompetensi Administrasi dan Teknis.

“Pilot projectnya bisa dilaksanakan di Jakarta sebelum keberangkatan dengan pendanaan bersama antara Singapura dan Indonesia,” kata Lasro.

Singapura menyatakan akan meninjau proposal tersebut secara hati-hati dan berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk pengusaha.

Saat ini, sekitar 160.009 pekerja migran Indonesia bekerja di sektor domestik, baik melalui proyek P-P maupun Jalan Mandiri.

Duta Besar RI untuk Singapura, Suryopratama, menekankan perlunya kelanjutan kerja sama di bidang ketenagakerjaan dan perlindungan pekerja migran Indonesia antara Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sumber Daya Manusia, dan BP2MI.

“Melalui koordinasi yang lebih baik, kementerian dan lembaga Indonesia harus memanfaatkan peluang kerja yang terbuka di Singapura, terutama di bidang profesional seperti keperawatan, perhotelan, dll.” “Kecuali sektor dalam negeri yang saat ini masih dominan.”

Turut hadir Menteri Perlindungan WNI Yosep Trianugra Tutu, Wakil Duta Besar KBRI Singapura, Tantri Damastuti, Direktur Sistem dan Strategi Penempatan dan Pertahanan Asia Afrika BP2MI, Sukarman, Penasihat Khusus Presiden BP2MI Ruli Naviana.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours