Dokter Paru: Jangan Anggap Vape Lebih Aman dari Rokok Biasa

Estimated read time 4 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rokok elektrik tidak bisa dianggap lebih aman dibandingkan rokok biasa, kata Dr. Aditya Wirawan, dosen Departemen Kedokteran Paru Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI). Kedua jenis rokok tersebut masih mengandung zat beracun yang dapat membahayakan tubuh Anda.

“Gagasan bahwa rokok elektrik lebih aman dibandingkan rokok tradisional sudah tersebar luas,” kata Dr. Aditya Wirawan, Ph.D., Sp.P, dalam keterangannya, Sabtu (2/6/2024).

Salah satunya karena rokok elektrik tidak melibatkan proses pembakaran, sehingga konsumsinya secara umum dianggap lebih aman dibandingkan rokok tradisional. Namun, kata Dr. Aditya menekankan pentingnya melihat bukti ilmiah yang tersedia untuk memahami seberapa benar klaim tersebut.

Ia menjelaskan, perbedaan utama antara rokok elektrik dan rokok tradisional terletak pada komposisi kimia dan proses pembakarannya. Beberapa zat beracun pada rokok tradisional tidak ditemukan pada rokok elektrik, dan beberapa zat beracun pada rokok elektrik tidak ditemukan pada rokok tradisional.

“Namun hal ini tidak menjamin rokok elektrik aman. Para ilmuwan masih mempelajari dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang dari rokok elektrik,” kata dr Aditya yang juga ahli paru di RSUI.

Lebih lanjut dari Dr. Aditya mengatakan penggunaan rokok elektrik atau e-rokok dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, antara lain iritasi saluran pernapasan, bronkitis akut, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan cedera paru terkait rokok elektrik atau e-cigarette (EVALI).

“Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk merasakan efek rokok elektrik dapat bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, seperti sensitivitas individu terhadap nikotin dan jumlah yang dihirupnya,” kata Dr. Aditya.

Beberapa efeknya bisa langsung terasa setelah menghirup uap rokok elektrik, apalagi jika uap tersebut mengandung nikotin. Efek ini dapat terjadi dalam hitungan detik hingga menit setelah terhirup.

Beberapa efek yang mungkin dirasakan antara lain peningkatan energi, sedasi, atau sensasi nikotin lainnya, tergantung sensitivitas dan toleransi individu terhadap nikotin. Selain penggunanya, orang-orang disekitarnya yang menghirup uap rokok elektrik atau biasa disebut dengan rokok elektrik bekas juga ikut terkena dampaknya.

Paparan rokok elektrik bekas berbeda dengan paparan asap rokok bekas dari rokok tradisional. Menurut Action on Smoking and Health (ASH), sebagian besar zat berbahaya dalam asap rokok tradisional tidak terkandung dalam rokok elektrik, dan meskipun ada, nilainya lebih rendah (

Meski efeknya mungkin berbeda dengan asap rokok standar, paparan aerosol rokok elektrik tetap menimbulkan risiko kesehatan. Efek samping dari paparan asap rokok elektrik antara lain iritasi pernafasan, bronkitis, sesak napas, eksaserbasi asma, dan lain-lain -rokok dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Risiko gangguan kesehatan meningkat, terutama pada anak-anak dan individu yang sudah memiliki gangguan kesehatan pernafasan,” kata dr Aditya.

Pada saat yang sama, paparan uap rokok elektrik tidak hanya berdampak pada manusia, tetapi juga lingkungan. kata dokter. Aditya mengatakan emisi dan limbah rokok elektrik mengandung nikotin dan bahan kimia beracun lainnya dalam jumlah tinggi dan dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan.

Rokok elektrik meningkatkan kadar nikotin dan partikel halus (PM2.5) di udara dalam ruangan, namun lebih rendah dibandingkan rokok tradisional. Selain itu, uap rokok elektrik juga mengandung senyawa organik dan logam yang mudah menguap sehingga dapat menyebabkan polusi udara dalam ruangan.

“Meskipun tidak banyak penelitian yang secara khusus mengamati efek uap rokok elektrik pada tanaman, bahan kimia tertentu dalam uap tersebut, seperti logam berat dan senyawa organik yang mudah menguap, dapat membahayakan tanaman jika konsentrasinya terlalu tinggi.” dampaknya terhadap hewan Kandungan nikotin dalam uap rokok elektrik merupakan zat beracun bagi banyak hewan dan dapat menyebabkan keracunan jika cairan rokok elektrik dalam jumlah besar terus-menerus dihirup atau ditelan. kata dr Aditya.

Kekhawatiran lainnya adalah peningkatan jumlah pengguna rokok elektrik dalam beberapa tahun terakhir, dan seiring dengan itu, peningkatan laporan penyakit paru-paru terkait rokok elektrik, atau EVALI.

Menurut Dr. Aditya, hal ini berpotensi menimbulkan permasalahan kesehatan masyarakat baru. Meski rokok elektrik mengandung bahan yang berbeda-beda, namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk menggantikan rokok tradisional karena semuanya mengandung nikotin, karsinogen, dan zat beracun lainnya.

Oleh karena itu, seluruh masyarakat mempunyai kewajiban untuk memahami dan menyebarkan pesan bahwa rokok elektrik tidak dianggap lebih aman dibandingkan rokok biasa.

“Masih ada risiko yang mungkin terjadi, dan penelitian sedang berlangsung untuk menjelaskan hubungan antara penggunaan rokok elektrik dan cedera paru-paru atau masalah kesehatan lainnya,” kata Dr. Aditya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours