Kehebatan Jet Tempur J-10C China, Bikin Mesir Berpaling dari F-16 Amerika

Estimated read time 3 min read

MENGAMBIL

Keputusan ini diumumkan secara resmi pada Pameran Internasional Mesir yang pertama. Langkah ini dapat diartikan sebagai upaya Kairo untuk mendiversifikasi sumber peralatan militernya sehingga mengurangi ketergantungannya pada sistem militer AS. Di sisi lain, opsi ini juga merujuk pada teknologi China yang belum banyak diketahui Israel. Hubungan Mesir dan Israel diketahui kurang baik.

Pada Rabu (11/9/2024), Administrasi Militer mengumumkan bahwa Chengdu J-10C merupakan pesawat angkatan udara dengan mesin tunggal, sayap delta, dan sistem canard. J-10C dikenal karena daya tahan dan keserbagunaannya, menawarkan kemampuan tinggi dengan harga yang kompetitif, menjadikannya pengganti yang baik untuk F-16V AS, yang diluncurkan sebagai bagian dari peningkatan armada Mesir.

Diproduksi oleh Pangkalan Angkatan Udara Chengdu (CAC), J-10C dilengkapi dengan peralatan peperangan elektronik canggih dan radar AESA (Active Electronically Scaned Array). Rudal ini mendukung berbagai operasi dengan rudal balistik, rudal berpemandu laser, dan rudal permukaan-ke-udara.

Saat ini memasuki layanan pada bulan Desember 2017, J-10C dioperasikan oleh Tiongkok dan Pakistan. J-10C dirancang dengan desain aerodinamis yang meningkatkan kecepatan dan daya angkat. Ditenagai mesin turbofan Lyulka-Saturn AL-31FN Rusia, ia mampu mencapai kecepatan maksimum 2.200 km/jam dan jangkauan 3.200 km.

Selain itu, ia memiliki pesawat modern, termasuk sensor IRST dan berbagai sistem penerbangan untuk navigasi, pelacakan, dan pencarian elektronik.

Dalam beberapa tahun terakhir, Mesir juga menerima alutsista dari Rusia dan Prancis, termasuk MiG-29M dan Dassault Rafale. J-10C Tiongkok akan memainkan peran penting dalam berbagai senjata Mesir.

Perkembangan ini juga mencerminkan meningkatnya hubungan ekonomi dan strategis antara Mesir dan Tiongkok. Partisipasi Tiongkok dalam Egypt Air Show di El Alamein merupakan salah satu upaya memperkuat aktivitasnya di Timur Tengah dan Afrika Utara. Militer dan industri Tiongkok di kawasan ini telah tumbuh secara signifikan, didukung oleh meningkatnya hubungan ekonomi, terutama melalui impor.

Meskipun menerima jet tempur Tiongkok, Mesir terus menjaga hubungan keamanan dengan Amerika Serikat, sebagaimana dibuktikan dengan kesepakatan baru-baru ini untuk membeli dua jet tempur Hercules kelas C melalui program penjualan luar negeri militer AS. Namun, peralihan ke J-10C mewakili perubahan yang signifikan, karena F-16 Mesir-Amerika telah menjadi andalan Angkatan Udara sejak tahun 1980an, dan sekarang dianggap ketinggalan jaman karena sistem pertahanan udaranya.

Beberapa faktor berkontribusi terhadap keputusan Mesir, termasuk biaya rendah J-10C dan kemampuan tempur yang unggul. Selain itu, kekhawatiran Mesir terhadap kebijakan AS di wilayah tersebut, khususnya dukungannya terhadap operasi Israel di Gaza, mungkin berkontribusi terhadap pergeseran teknologi militer Tiongkok. Dengan pembelian tersebut, Mesir menjadi negara kedua setelah Pakistan yang mengerahkan J-10C.

Ketertarikan Mesir terhadap jet tempur China tidak hanya terbatas pada J-10C, tapi juga pada J-31 yang merupakan jet tempur kelima. J-31 dianggap sebagai aset utama melawan F-35 Israel.

Kemampuan siluman, anti-radar, dan senjata canggih J-31 menjadikannya kandidat kuat untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara Mesir dan menjaga keamanan regional. Kemampuannya dalam menyerang, mencegat, dan mendukung wilayah udara yang dekat akan memperkuat kepentingan Mesir, terutama dalam situasi politik di mana negara tersebut ingin bertukar sumber daya militer guna menghadapi sanksi yang dikenakan terhadap Rusia dan hubungan antara Amerika Serikat dan Israel.

Kerja sama militer Tiongkok-Mesir memiliki sejarah panjang, dimulai pada tahun 1970-an. Selama beberapa dekade, kemitraan ini telah diperkuat melalui Tiongkok yang memasok berbagai peralatan militer, termasuk kapal selam, kapal perusak, dan kapal rudal serta pesawat terbang.

Kebijakan Tiongkok yang tidak melakukan campur tangan dan ekspor senjatanya, apapun status politiknya, menjadikan kemitraan ini menarik bagi Mesir. Selain itu, Tiongkok menawarkan harga yang kompetitif dan transfer teknologi canggih, sehingga memudahkan usaha patungan. Hal ini memungkinkan Mesir untuk terus membangun militernya di saat kerja sama internasional berbeda.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours