Kenali gejala dan penanganan pasien penglihatan ganda atau diplopia

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter Spesialis Mata Dr. Salmarezka Dewiputri, SpM(K) dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta menjelaskan gejala dan pengobatan yang tepat untuk penderita penglihatan ganda atau yang secara medis disebut diplopia.

Diplopia adalah suatu kondisi dimana orang melihat dua gambar pada objek yang sama, kata Salma dalam webcast Jakarta, Rabu.

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan, “Diplopia atau penglihatan ganda ada dua jenis, pertama diplopia monokuler atau terjadi pada satu mata dan kedua diplopia binokular atau terjadi pada dua mata.”

Diplopia monokuler adalah penglihatan ganda pada satu mata. Kondisi ini terjadi bila terdapat kelainan pada kornea dan lensa mata, misalnya katarak, mata kering, atau astigmatisme (gangguan penglihatan akibat kelainan pada kelengkungan kornea atau lensa mata).

Sedangkan diplopia binokular adalah penglihatan ganda yang terjadi pada kedua mata. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit pada otot, saraf dan otak.

“Pasien harus tahu apakah itu (diplopia) terjadi pada satu mata atau kedua mata, harus diperiksa apakah berbahaya atau tidak,” kata Salma.

Menurutnya, penderita diplopia akan merasakan gejala yang berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada penderita diplopia monokuler, penderita dapat melihat secara normal pada satu mata, namun mata yang lain melihat hal yang sama pada kedua mata.

Jika pasien menutup mata yang terkena, pasien dapat melihat dengan jelas. Namun, jika pasien menutup mata secara normal, akan terjadi penglihatan ganda.

Gejalanya biasanya sulit konsentrasi karena pandangan kabur atau kabur, kemudian karena penglihatan ganda terjadi terus-menerus, seringkali disertai sakit kepala, yang bisa disertai gejala lain seperti kehilangan keseimbangan dan ketegangan pada area mata. ujar dokter yang juga merupakan instruktur klinis pada kurikulum ilmu kesehatan mata FKUI tersebut.

Sedangkan pada diplopia binokular, kedua mata penderita akan melihat objek yang sama secara berpasangan. Namun jika salah satu matanya tertutup, baik mata kiri maupun kanan, mata yang terbuka dapat melihat dengan normal.

“Diplopia monokuler sebenarnya disebabkan oleh media bias seperti lensa astigmatik silindris yang terkadang dapat menyebabkan diplopia atau penglihatan ganda jika tidak diperbaiki,” ujarnya.

Kondisi di atas tidak berbahaya pada penderita diplopia monokuler karena dapat ditangani dengan mengganti kacamata atau melakukan operasi pada pasien katarak.

Di sisi lain, penderita diplopia binokular berbahaya karena bisa disebabkan oleh faktor risiko penyakit lain. Misalnya saja penyakit diabetes, mata juling yang muncul pada orang dewasa dan peradangan pada otot atau lemak mata.

“Jika menimbulkan sesuatu yang berbahaya, biasanya disebabkan oleh diplopia binokular yang terjadi pada kedua mata, dan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi penyebab diplopia yang dialami pasien,” lanjutnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan pasien segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami penglihatan ganda atau tiba-tiba kesulitan melihat dengan jelas. Apalagi jika pasien mengalami penglihatan ganda dengan gejala lain seperti sakit kepala dan nyeri hebat di area mata.

Dokter kemudian mengobati penyakit gembur-gembur pasien tergantung penyebabnya. Misalnya saja penggantian kacamata pada diplopia monokuler yang disebabkan oleh penarikan kembali kacamata atau pemberian obat tergantung kondisi yang menyebabkan diplopia pada penderita diplopia hiperopia.

“Kemudian kita akan diperiksa lagi ke dokter mata, harus dipastikan lagi monocular diplopia atau penglihatan binokular. Konsultasikan ke dokter mata untuk diagnosis yang benar.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours