Kisah Perwira Sunda, Satu-satunya yang Selamat dari Pertempuran Melawan Majapahit

Estimated read time 3 min read

Dibalik kisah tragis Pertempuran Bubat yang terjadi pada tahun 1357 M antara kerajaan Sunda dan Majapahit, terdapat kisah tragis seorang perwira Sunda yang menjadi satu-satunya yang selamat dari perang tersebut. Ceritanya berfokus pada Pitar, seorang perwira polisi Kerajaan Sunda, yang dengan cerdik melarikan diri dari medan perang dan membawa kabar duka untuk keluarganya.

Pertempuran Bubat diawali dengan rencana pernikahan politik antara Raja Hayam Wuruk dari Majapahit dan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Raja Linggabuana Wisesa dari Sunda. Raja Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Raja Linggabuana atas pernikahan yang dilangsungkan di Majapahit. Meski awalnya Raja Lingabuana menolak, ia kemudian meninggalkan Majapahit bersama para pengikutnya.

Namun, kemunculan mereka adalah awal dari sebuah bencana. Mahapatih Gajah Mada yang ingin memenuhi sumpah Palapa melihat kedatangan rombongan Sunda sebagai bentuk pembebasan. Gajah Mada kemudian meminta kepada Raja Linggabuana untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin melainkan sebagai tanda penyerahan diri kepada kerajaan Sunda. Raja Linggabuana marah atas perlakuan tersebut sehingga menimbulkan perang besar dengan Pesanggrahan Bubat.

Dalam peperangan yang tak berkesudahan ini, Kerajaan Sunda meraih kemenangan gemilang. Namun di tengah kekacauan itu, Pitar, pemuda Kerajaan Sunda, menunjukkan keberanian dan kecerdasannya. Dengan berpura-pura mati, Peter melemparkan dirinya ke antara mayat tentara Sunda yang berserakan. Ketika tentara Majapahit meninggalkan Bubat, Pita berhasil melarikan diri.

Peter kembali ke Sunda dan mengirimkan pesan sedih kepada ratu Raja Sunda dan putri Dyah Pitaloka. Berita ini mengguncang hati keluarga kerajaan, namun dalam keputusasaan, kaisar dan istri para menterinya membunuh banyak orang demi jenazah suami mereka. Putri Dyah Pitaloka memilih bunuh diri dengan cara menusuk perutnya sendiri, mengikuti nasehat Ibu Suri.

Ceritanya, Raja Hayam Wuruk patah hati saat mendengar kabar meninggalnya Dyah Pitaloka. Dia meninggal ketika menemukan mayat calon istrinya. Duka yang sangat besar ini menyebabkan perubahan besar dalam hidup Hayam Wuruk, ia sangat menderita hingga kematiannya. Setelah kematiannya, orang tua dan menteri Hayam Wuruk mengutuk Gajah Mada sebagai penyebab tragedi tersebut dan memutuskan untuk menangkapnya.

Gajah Mada, yang di kemudian hari dikenal dengan nama Patih Amangkubumi, berpendapat bahwa masa moksa (pembebasan spiritual) telah tiba. Gajah Mada yang dahulu menghalangi Hayam Wuruk menemui Raja Linggabuana dan menipunya agar bergabung dengan faksi Sunda yang merupakan musuh bebuyutannya, akhirnya berhasil dikepung oleh tentara Majapahit dan ditangkap.

Kisah tragis Pitar tidak hanya menambah dimensi dramatis Pertempuran Bubat tetapi juga mencerminkan tragedi pribadi dan politik yang mempengaruhi masa depan kedua kerajaan tersebut. Dalam pertarungan yang memilukan itu, sang polisi dengan keberanian dan kebijaksanaannya tetap menjadi saksi bisu tragedi yang mengguncang sejarah Jawa dan Sunda.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours