Kunjungi Ethiopia, Rektor IAKN Manado Promosikan Best Practice Desa Moderasi Beragama Minahasa Utara

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Program Desa Moderasi Beragama yang dijalankan Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado mendapat pujian di dunia internasional.

Keberhasilan Desa Moderasi Beragama di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara diumumkan pada Program Dialog Antaragama Indonesia-Ethiopia di Hawassa, Ethiopia pada Senin (5/8/2024).

Aksi yang dilaksanakan Kementerian Agama (Kemenag) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Addis Ababa (KBRI) dan didukung Klub Persahabatan Indonesia-Ethiopia ini dinilai terbaik.

Pasalnya, ratusan orang penting seperti perwakilan pemerintah kedua negara, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, pendidik, perwakilan pemuda dan media massa berkumpul untuk aksi ini. Bahkan dinilai sangat bagus sehingga rencananya akan diadakan acara serupa di Indonesia.

Pada Dialog Antaragama Indonesia-Etiopia yang diselenggarakan di Hawassa, Rektor IAKN Manado Dr. Olivia Cherley Wuwung memaparkan praktik terbaik moderasi beragama melalui pemaparan bertajuk “Membangun Kapasitas Masyarakat melalui Program Moderasi Beragama di Minahasa Utara: Wawasan dan Praktik dari Institut Negeri Manado.” studi Kristen.

Menurut Olivia, ada tiga lokasi yang dijadikan percontohan Desa Moderasi yakni Tontalete (Kecamatan Kema), Maen (Kecamatan Likupan Timur) dan Laikit (Kecamatan Dimembe).

“Contohnya, kerukunan antar umat beragama semakin meningkat melalui pelatihan dan praktik yang dilakukan tim IAKN di Tontalet sejak tahun 2022. Peningkatan tingkat kerukunan ini didorong oleh penelitian yang dipublikasikan di jurnal,” ujarnya.

Di Desa Maen dan Laikit keadaannya tidak jauh berbeda. Menurut Ketua Olivia, dalam pemenuhan agama, pimpinan akan meningkatkan efisiensi melalui bantuan terkait penguatan perekonomian umat.

Olivia mencontohkan di Desa Maen, dimana kelompok IAKN Manado membantu desa setempat ini mengemas produk gula aren dan ikan teri. Kini menjadi produk krim di Desa Laikit.

“Masyarakat yang terlibat dalam jemaah berbeda agama, tidak hanya Kristen di Sulut, tapi ini merupakan praktik baik yang bisa dilakukan di tempat lain, termasuk Ethiopia,” ujarnya.

Rektor Olivia menilai keberhasilan ritual keagamaan memerlukan kolaborasi banyak pihak. Meliputi tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah, dunia pendidikan dan masyarakat itu sendiri.

“Desa moderasi beragama, selain membawa keharmonisan kehidupan beragama di masyarakat, juga sejalan dengan tujuan SDG PBB yaitu mendorong keterbukaan, pembangunan berkelanjutan, dan pelestarian budaya,” tegasnya.

Selain Rektor Olivia, delegasi Indonesia dipimpin oleh Prof. Suyitno, Duta Besar Indonesia. Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika Al Busira Basnour, Kepala Kementerian Agama Wawan Junaidi, UIN Sunan Gunung Jati Bandung Prof. Rosihon Anwar, Direktur UHN Sugriwa Bali Prof I Gusti Ngurah Sudiana Ketua STAKN Pontianak Dr Sunarso, dan STABN Raden Wijaya Wonogiri Dr Sulaiman Girivirya Ketua.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours