Mendesak! Indonesia Butuh Impor LNG Guna Memenuhi Permintaan Gas Domestik

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Indonesia membutuhkan 106 hingga 120 tongkang LNG pada tahun 2025 untuk menghindari kekurangan potensi gas karena pertumbuhan konsumsi gas dalam negeri melebihi pasokan. Peningkatan permintaan yang signifikan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan gas pipa dari lapangan-lapangan lama di wilayah Jawa Barat dan Sumatera, sementara kebutuhan dalam negeri diperkirakan akan meningkat.

Sementara itu, proyek-proyek baru, termasuk lapangan Abadi di blok Masela, yang sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia, akan beroperasi setelah tahun 2027. di tahun 2024 akan ada 3 operator lagi.

Selain itu, PLN membutuhkan 27 kargo LNG lagi pada tahun 2025. Secara total, Indonesia mungkin perlu mengimpor hingga 35 kargo LNG tahun depan, karena pasokan dalam negeri turun menjadi hanya 14 kargo.

Aris Mulya Azof, Presiden Gas Indonesia, mengatakan: “Pemerintah Indonesia harus segera mengambil langkah-langkah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan hulu gas, memastikan harga gas yang ekonomis bagi produsen hulu, dan mendorong kemitraan publik-swasta untuk memanfaatkan keahlian dan pembiayaan sektor swasta. dia.” . Komunitas selama KTT LNG IndoPACIFIC 2024.

Kebutuhan mendesak untuk mengimpor LNG menyoroti pentingnya investasi pada ladang gas dan infrastruktur baru untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan penggunaan gas dalam negeri dan mengurangi ekspor sangat penting untuk menjaga ketahanan energi dan mendukung pembangunan ekonomi.

“Selain itu, insentif keuangan yang ditargetkan, seperti keringanan pajak, pinjaman berbunga rendah, dan subsidi langsung, dapat membantu mengimbangi tingginya biaya awal pengembangan infrastruktur gas penting, terutama untuk mendukung kebutuhan LNG,” kata Aris.

Berdasarkan pengumuman Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, pemerintah baru-baru ini memutuskan untuk mengizinkan lokasi industri untuk ekspor LNG dan pembangunan infrastruktur regasifikasi LNG. Rencana Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) mengidentifikasi 7 lokasi kawasan ekonomi khusus (KEK) baru yang berpotensi untuk pengembangan jaringan gas bumi.

Berdasarkan neraca gas bumi tahun 2023-2032, sektor industri mengkonsumsi gas sebesar 30,83 persen, disusul sektor ketenagalistrikan sebesar 11,82 persen, dan sektor pupuk sebesar 11 persen produksi gasnya berupa LNG dan 8,40 persen juga diekspor dalam bentuk pipa gas. Presiden baru-baru ini menandatangani Undang-Undang Gas Bumi untuk Kebutuhan Domestik, yang mengamanatkan 60 persen mandat pasar domestik (DMO).

PGN memperkirakan pada periode 2024-2034, tambahan pasokan gas gasifikasi LNG yang dibutuhkan sekitar 73 miliar british thermal unit per hari (BBtud) – 355 BBtud. Perkiraan tersebut setara dengan 25 persen dari total pasokan gas untuk kebutuhan pelanggan PGN di seluruh Indonesia.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 memproyeksikan penggunaan gas mencapai 15,4 persen pada tahun 2030, dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) memperkirakan setidaknya 24 persen pada tahun 2050. Selain itu, Indonesia berencana menambah kapasitas sebesar 80 GW. menambah pembangkit baru dalam RUPTL versi terbaru, dimana 20 GW mengandalkan pembangkit berbahan bakar gas.

PLN memperkirakan permintaan gas alam akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2040 seiring dengan target pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar gas berkapasitas 20 gigawatt (GW). Permintaan gas diproyeksikan meningkat menjadi 1,2 TBtu pada tahun 2023, 1,5 TBtu pada tahun 2027, 2,3 TBtu pada tahun 2040, atau meningkatnya permintaan dari pabrik.

Beberapa cadangan gas yang signifikan antara 10 dan 12 TCF (triliun kaki kubik) gas telah ditemukan, seperti Lapangan Ganal North milik Eni di sumur Geng North-1, Kalimantan Timur, dan sumur penemuan Layaran -1 milik Mubadala Energy di Blok Andaman Selatan. Mengembangkan proyek-proyek ini akan memakan waktu.

Infrastruktur yang ada (Arun Regas, FSRU Lampung, FSRU Nusantara Regas, FSRU Jawa 1, FSRU Karunia Dewata, dan FSRU Sulawesi Regas Satu) masih memadai untuk memenuhi kebutuhan gas pada tahun 2025. Ke depan, diperlukan penambahan infrastruktur untuk menangani kebutuhan pasokan LNG yang terus meningkat.

Hal ini tercermin dari rencana PLN untuk mengembangkan infrastruktur LNG di seluruh Indonesia yang dalam hal ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia. Saat ini tidak ada perbedaan besar antara harga LNG impor dan domestik. Produsen dalam negeri juga mulai menyesuaikan harga jual untuk mencerminkan harga pasar LNG global. Dari sudut pandang ini, impor LNG tidak serta merta meningkatkan harga gas alam dalam negeri.

IndoPACIFIC LNG Summit 2024, yang diselenggarakan pada 16-17 Juli 2024, di Hotel Sofitel di Nusa Dua, Bali, Indonesia, mempertemukan lebih dari 150 pemimpin industri gas dan LNG global untuk membahas peran penting LNG .

Acara ini mengeksplorasi isu-isu utama, termasuk kebijakan iklim, volatilitas harga, infrastruktur midstream, dan energi alternatif, yang mengganggu pasar LNG global dan regional.

Pembicaraan utama meliputi pernyataan pembuka mengenai Pasar Energi dan LNG Global 2024-2025, Perspektif Industri LNG Regional Menuju Emisi Nol Bersih, dan Strategi Dekarbonisasi Jangka Panjang Chubu Electric berdasarkan Rencana Energi Jepang.

Diskusi panel mencakup topik-topik seperti Dinamika Pasar LNG Global Jangka Pendek, Pasokan dan Permintaan LNG di Masa Depan di Saat yang Tidak Pasti, Optimalisasi Rantai LNG, Masa Depan Pengiriman LNG Global, dan Peran Infrastruktur LNG dalam Mengisi Kesenjangan Permintaan Energi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours