Pertamina Raih Laba Rp 72 Triliun pada 2023

Estimated read time 3 min read

REPUBLIK. Omset ini lebih tinggi 17 persen dibandingkan tahun 2022.

Kinerja keuangan positif Pertamina tercermin dari EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, dan depresiasi sebesar 14,36 miliar dolar. Angka tersebut mewakili peningkatan enam persen dibandingkan EBITDA tahun 2022. Sedangkan pendapatan kumulatif pada tahun 2023 sebesar $75,79 miliar.

Nikke Vidyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), mengatakan pasca reformasi organisasi, perkembangan hasil keuangan konsolidasi Pertamina positif dan tumbuh dari tahun ke tahun. Di sisi lain, kinerja praktis di semua lini, seperti penyimpanan dan pemeliharaan, juga lebih tangguh dan andal. 

“Pertamina mampu mengarahkan operasionalnya untuk mendukung pertumbuhan pendapatan. Pada tahun 2023, kinerja keuangan pada tahun 2022 membaik berkat optimalisasi efisiensi manajemen, biaya, liabilitas, dan kompensasi,” kata Nikke, Rabu (12/6/2024).

Menurut Nick, dalam reorganisasi saham tersebut, peran kerja sama aktif dapat diutamakan dengan menyelenggarakan beberapa inisiatif strategis di bidang keuangan. Selain optimalisasi biaya, penghematan biaya bunga, strategi perdagangan mata uang, suku bunga dan komoditas, serta upaya mengurangi risiko mata uang dan kredit membantu menghindari potensi kerugian sekitar 1,1 miliar euro. Dolar Amerika.

Ia juga mengatakan, kinerja keuangan positif Pertamina tidak lepas dari dukungan pemerintah yang pada tahun 2023 telah mencapai Rp 119,31 triliun (belum termasuk pajak) dalam penggantian biaya.

“Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah yang terus mendukung Pertamina dengan perubahan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan pembayaran lebih cepat, penyesuaian harga produk, dan peningkatan anggaran,” kata Nikke.

Tak hanya dari sisi finansial, pengembangan bisnis Pertamina didukung oleh enam anak perusahaan dan perusahaan asosiasi. Di sektor Environment, Life and Governance (ESG), Nikke kembali menegaskan komitmen Pertamina untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 32 persen pada tahun 2030.

Hal ini akan membantu mengurangi perubahan iklim dan mendukung pemerintah Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih (NZE). Kemajuan Pertamina dalam ESG tercermin dari perolehan skor Pertamina sebesar 20,7 (Risiko Sedang) pada 1 Desember 2023 atau sebelumnya sebesar 22,1 (Risiko Sedang). Skor Sustainalytics yang lebih rendah menunjukkan tingkat risiko yang lebih tinggi.

“Peringkat risiko ESG Pertamina menempati peringkat pertama di antara 61 perusahaan di industri minyak dan gas global.”

Fadjar Djoko Santoso, Direktur Komunikasi Pertamina, mengatakan Pertamina akan menjawab tantangan tahun 2023 dengan berbagai upaya. Hal ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam menjaga kinerja operasional dan keuangan serta ketahanan energi nasional.

“Dengan dukungan seluruh pemangku kepentingan, Pertamina dapat mencapai hasil yang semakin meningkat di tahun 2023. Kami menargetkan hasil positif di tahun 2024 dapat dipertahankan dan memberikan manfaat bagi masyarakat,” kata Fadjar. 

Sebagai perusahaan terdepan di sektor transisi energi, Pertamina bertujuan untuk mendukung tujuan nol emisi tahun 2060 dengan menggalakkan program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Seluruh tindakan tersebut sejalan dengan penerapan ESG di seluruh area bisnis dan operasional perusahaan.

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours