Sulit Terima Masukan? Jangan-Jangan Punya Kepribadian Narsisistik, Kenali Cirinya

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dokter spesialis kesehatan jiwa RS Soeharto Heerdjan Suharpudianto menjelaskan sejumlah ciri-ciri gangguan narsistik. Gangguan narsistik merupakan gangguan kepribadian dimana penderitanya merasa dirinya lebih penting dibandingkan orang lain.

Dalam pemaparan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Kamis (6/6/2024) bertajuk “Bukan Cuma Narsisis! Kenali Narcissistic Personality Disorder”, ia mengatakan penderita tidak hanya mengungkapkan perasaan tersebut dalam khayalannya saja. Namun tingkah lakunya, meski secara obyektif, bukan berarti ia unik.

“Seseorang dengan gangguan narsistik itu terus-menerus berusaha memberi, saya bisa menyebutnya kekaguman, sanjungan, kalau terus-menerus dibutuhkan lingkungan sekitar tidak bisa menyediakannya,” kata Suharpudianto.

Ciri yang paling umum, katanya, adalah pasien dengan gangguan ini merasa sulit menerima masukan, meskipun masukannya positif dan konstruktif. Bahkan, mereka bereaksi berlebihan terhadap masukan, seperti kemarahan.

Suharpudianto mengatakan hubungan mereka dengan orang lain rapuh dan kalaupun ada hubungan yang baik, hubungan tersebut dibangun untuk memanfaatkan pihak lain. “Hubungan yang dibangunnya terkesan empati, tapi kenyataannya eksploitatif. Jadi dia bersikap simpatik, baik hati, dekat, tapi dia ingin mendapatkan sesuatu dari orang itu. Kalau ada yang memberikan apa yang diinginkannya, dia berakhir – itu akan terjadi.” tamat.

Menurutnya, gangguan kepribadian disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu genetik, dimana anggota keluarganya mengalami gangguan kepribadian. Selain itu, katanya, ada faktor perkembangan di mana orang tua dengan gangguan narsistik menunjukkan perasaan dan perilaku yang menonjolkan keagungan atau keunikan yang mereka lakukan, yang pada akhirnya menjadi sesuatu yang melekat pada kepribadian anak seiring bertambahnya usia.

Ia menyebutkan faktor psikologis atau lingkungan. Gangguan ini diperburuk ketika lingkungan menganiaya korbannya, seperti mengikuti perilaku atau fantasi selalu ingin menjadi penting.

“Kalau dia harus pindah ke lingkungan lain, misalnya kalau tidak mendukung, rentan sekali teman-teman yang punya gangguan kepribadian seperti itu, dan akhirnya mengalami komplikasi,” ujarnya. Menurutnya, berdasarkan pengalaman praktik klinisnya, penderita gangguan narsistik memiliki komplikasi gangguan kepribadian lain berupa depresi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours