Temuan Sumber Baru Melimpah Jadi Momentum Optimalisasi Gas Bumi

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Penemuan cadangan gas alam yang sangat besar memberikan peluang emas bagi Indonesia untuk melakukan optimalisasi yang dapat memberikan manfaat luas bagi perekonomian dan masyarakat.

Selain untuk menarik investasi, diperlukan kebijakan yang benar-benar prudent agar konsumsi dalam negeri tetap berjalan sesuai harapan, apalagi peran gas bumi sangat strategis sebagai energi transisi menuju Net Zero Emission (NZE).

Lembaga riset energi internasional Rystad Energy mengumumkan penemuan cadangan gas alam di Aceh di Kalimantan Timur dan Andaman Selatan di Geng Utara, yang mencakup sekitar setengah dari cadangan gas alam Indonesia di Asia Tenggara.

Sofwan Hadi, Country Manager Rystad Energy Indonesia, mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara utama yang menarik minat investor untuk berinvestasi dengan penemuan tersebut. Oleh karena itu, semua pihak harus memahami hal ini sebagai dorongan yang sangat positif dan dapat segera dioptimalkan.

Sofvan Selasa (20/8/2024).

Salah satu dukungan langsung yang utama adalah penetapan kebijakan perpajakan yang tepat. Hal tersebut antara lain berupa insentif dan perpajakan untuk menjamin nilai keekonomian proyek migas di masa depan, serta fleksibilitas atau penggantian biaya bagi Kontraktor Koperasi (PCC) dalam bentuk Perjanjian Bagi Hasil (PSM).

“Selain itu, insentif sementara juga dapat mempercepat monetisasi proyek,” ujarnya.

Selain itu, Sofian mengatakan penting untuk mendukung harga gas dalam negeri dan infrastruktur untuk menjamin distribusi gas. Karena harga gas dalam negeri tidak mampu menutupi biaya transportasi atau biaya logistik, hal ini dapat mempengaruhi minat investor untuk mengembangkan proyek.

Vahyudi Anas, Anggota Komite Badan Pengatur Minyak dan Gas Bumi Terpisah (BPH Migas), mengatakan kebijakan yang seimbang dan berkeadilan dalam pengelolaan energi gas bumi mulai dari hulu, tengah, dan hilir merupakan hal yang penting dan mendesak.

“Karena setiap industri saling berhubungan dan terintegrasi. Anda tidak bisa melakukan hal Anda sendiri.”

Baca Juga: Transisi Energi, BPH Migas Tekankan Pentingnya Optimalisasi Gas Bumi

Sebab dalam ekosistem ini terdapat segitiga yang tidak dapat dipisahkan yaitu produksi gas hulu, ketersediaan infrastruktur gas bumi, dan kesiapan konsumen sebagai pengguna akhir gas bumi. “Produksi gas hulu dapat dimanfaatkan jika terdapat infrastruktur gas bumi yang terus berkembang dan menghubungkannya dengan pengguna akhir untuk penggunaan gas, komersial, dan industri.”

Untuk menciptakan lingkungan investasi yang positif di seluruh sektor gas bumi, Wahyudi mengatakan nilai-nilai keekonomian harus terstandarisasi dan menjadi acuan. “Tentunya dalam rangka optimalisasi penyerapan gas bumi dan tetap memperhatikan kepentingan negara dan masyarakat.”

Adapun untuk menjaga harga gas bumi tetap di bawah nilai keekonomiannya dapat dilakukan pemerintah melalui pemberian insentif yang terukur dan wajar kepada investor atau badan usaha yang mematuhi amanahnya, lanjut Vahyudi.

Senada, Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Institute of Reforms, mengatakan penting untuk menciptakan regulasi yang menyeimbangkan sisi hulu, hilir, dan hilir agar Indonesia tidak kehilangan kekuatan dalam optimalisasi gas bumi. .

Oleh karena itu, koordinasi dan kesepahaman antarlembaga sangat diperlukan. “Untuk saat ini belum ada kesepakatan yang akan mempengaruhi komersialisasi gas bumi di Indonesia. Diperkirakan kebutuhan gas bumi akan meningkat dalam 10 tahun ke depan.”

Misalnya, sebagai pilar distribusi gas bumi yang berada di tengah, Komaidi mengatakan kebijakan terkait juga harus didukung. Selain itu, ketersediaan infrastruktur distribusi gas bumi akan mendukung efisiensi operasional dengan investasi tinggi.

“Upaya peningkatan distribusi gas dari menengah tentunya harus didukung pemerintah melalui kebijakan yang mendorong investasi dan pembangunan infrastruktur. Akan ada keseimbangan antara optimalisasi hulu dan distribusi ke pengguna,” ujarnya.

Baca juga: Kebijakan gas murah meningkatkan efisiensi biaya produksi oleokimia

Kebutuhan gas nasional diproyeksikan tumbuh dari 5.353 MMSCFD pada tahun 2023 menjadi 11.339 MMSCFD pada tahun 2030, berdasarkan data Rencana Komprehensif Energi Nasional (RUEN) yang dirilis Reform Institute. Kemudian akan bertambah lagi sebesar 25.869 MMSCFD. Pada tahun 2050.

RUEN memperkirakan gas dalam bauran energi Indonesia akan meningkat dari 22% pada tahun 2030 menjadi 24% pada tahun 2050.

“Penggunaan gas bumi telah menjadi bagian dari kebijakan pemerintah Indonesia dalam penggunaan energi ramah lingkungan dan penerapan kebijakan transisi energi,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours