Utang Rusia Diramalkan Bakal Membengkak hingga Rp856,2 Triliun

MOSKOW – Utang publik Rusia diperkirakan akan terus tumbuh hingga mencapai 18% PDB, dalam tiga tahun ke depan. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkap alasan Moskow terus menghapus utang untuk menutup kesenjangan anggaran.

Menurut rancangan anggaran pemerintah, pinjaman Rusia akan mencapai 51,5 miliar dolar tahun depan. Utang Rusia diperkirakan terus dalam tren kenaikan pada tahun 2026, mencapai $54,9 miliar dan mencapai $57 miliar pada tahun 2027, atau setara dengan Rp856,2 triliun (kurs Rp15.021 per USD).

Dalam laporan tersebut, menurut RT, utang publik Rusia akan terus meningkat hingga mencapai 18% PDB, dimana indikator ini akan sedikit meningkat dari tahun 2023 yang sebesar 15% PDB.

Meskipun defisit fiskal secara keseluruhan diperkirakan mencapai 1% PDB per tahun (-0,5% PDB pada tahun 2025, -0,9% PDB pada tahun 2026, dan -1,1% PDB pada tahun 2027), menurut perkiraan awal.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, meski mengalami sedikit peningkatan, utang negara Rusia pasti akan tetap berada pada tingkat yang “aman secara ekonomi” yaitu kurang dari 20% PDB. Dengan demikian, Rusia termasuk negara dengan tingkat utang publik terendah.

Sebagai perbandingan, utang nasional Inggris baru-baru ini mencapai 100% dari output perekonomian tahunan negara tersebut. Pada saat yang sama, utang pemerintah Amerika Serikat (AS) melebihi 120% PDB, sedangkan di Jepang mencapai rekor 260%.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menegaskan anggaran berikutnya akan fokus pada dukungan sosial, pertahanan, dan teknologi. Dia juga menyatakan bahwa lebih dari 32,3 miliar dolar akan dialokasikan setiap tahun untuk memberikan bantuan ke wilayah Rusia.

Menurut para ekonom, pertumbuhan utang publik Rusia masih moderat karena rendahnya defisit anggaran. Alasannya adalah negara ini terus berinvestasi dalam proyek dan industri besar meskipun ada tekanan sanksi besar dari Barat.