PBB desak tokoh menahan diri dari kekerasan pasca Pilpres Venezuela

Estimated read time 2 min read

Kanada (ANTARA) – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak seluruh pemimpin politik untuk menahan diri dari segala bentuk kekerasan, ancaman kekerasan, atau hasutan untuk melakukan kekerasan menyusul hasil pemilihan presiden di Venezuela Nicolas Maduro, pemenangnya, mulai berkuasa.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric seperti dikutip oleh Anadolu pada hari Rabu mengatakan: “Penting bagi semua pemimpin politik dan pendukung mereka untuk menolak segala bentuk kekerasan, ancaman kekerasan atau hasutan untuk melakukan kekerasan.”

Dujarric menyatakan keprihatinan mendalam atas laporan penangkapan dan menekankan bahwa hak masyarakat untuk melakukan protes damai harus dihormati.

Ia juga menekankan bahwa setiap perselisihan pemilu harus diselesaikan secara damai dan menekankan pentingnya memastikan transparansi penuh atas hasil pemilu.

Nicolas Maduro, 61 tahun, dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden Minggu (28/7). Kemenangan tersebut menjadikannya presiden ketiga negara itu.

Maduro memperoleh 51 persen suara, sedangkan kandidat oposisi Edmundo Gonzalez memperoleh 44 persen suara, menurut Komisi Pemilihan Umum.

Namun, partai oposisi menolak hasil tersebut dengan alasan hasil tidak sesuai dengan surat suara.

Pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado mengatakan terjadi kecurangan pemilu yang meluas dan menolak menerima hasilnya.

Menurut mereka, Edmundo Gonzales, calon dari kubu oposisi, merupakan pemenang sesungguhnya pemilu dengan perolehan 70 persen suara.

Dalam pernyataannya, pemerintah Venezuela mengumumkan penarikan seluruh staf diplomatik dari kedutaan besarnya di Argentina, Chile, Kosta Rika, Peru, Panama, Republik Dominika, dan Uruguay.

Venezuela juga meminta negara-negara yang dituduh ikut campur dalam pemilihan presiden untuk menarik duta besar mereka.

Sumber: Anadolu-OANA

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours