Founder GSM Soroti Kesenjangan Sosial dan Spiritual pada Anak Muda

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Noorrizal menyoroti kesenjangan sosial dan spiritual yang terjadi di kalangan generasi muda saat ini. Keadaan ini didorong oleh kehadiran media sosial.

GSM mewakili gerakan aksi massa, Go to School Movement (GTS), sebagai wahana generasi muda untuk membantu perubahan pendidikan di Indonesia melalui sekolah, kata Rizal.

Baca Juga: GSM Dorong Sekolah Internasional Berkualitas di Pinggiran Kota Yogyakarta

Rizal mengungkapkan, ada dua alasan mengapa gerakan Bottom to School (GTS) dimulai.

Pertama, GTS didirikan dengan tujuan utama mengubah budaya pendidikan ke arah humanisasi dan memberikan ruang kesetaraan.

Lebih lanjut Rizal juga menjelaskan apa yang membedakan GTS dengan gerakan-gerakan sebelumnya, salah satunya GTS yang lebih fokus pada memaksimalkan potensi generasi muda.

Kami ingin generasi muda bisa menyebarkannya. Pasalnya, pemuda itu sendiri merupakan output dari pendidikan. Rizal mengatakan dalam siaran persnya, Rabu (8/7/2024), “Jadi, ketika generasi muda bisa mengatakan bahwa pendidikan kita perlu berubah, kita akan berhenti fokus pada guru dan kurikulum.

Baca juga: Menjadikan Belajar Menyenangkan Agar Anak Cinta Sekolah

Kedua, GTS diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan kesenjangan di kalangan generasi muda saat ini, yang dapat dirangkum dalam tiga kategori, yaitu kesenjangan sosial, kesenjangan spiritual, dan kesenjangan lingkungan. Semua itu dipercepat dengan hadirnya media sosial.

Ketimpangan sosial terjadi ketika adanya perbedaan antara diri sendiri dengan orang lain yang biasanya sering muncul. Contoh kesenjangan adalah ketika dalam rentang usia yang sama ada orang yang tampak sangat puas dengan harta benda yang dimilikinya, namun di sisi lain ada pula yang dianggap “kurang beruntung” dan harus bekerja keras tanpa jaminan. untuk menjaminnya. akan menghasilkan hasil serupa. Dampaknya adalah polarisasi, intimidasi, kekerasan, dan bahkan kesenjangan sosial yang parah di masyarakat kita.

Rizal juga menyoroti kekosongan spiritual generasi muda saat ini.

“Kesenjangan spiritual adalah kesenjangan antara diri saat ini dan diri yang akan datang. Rizal menekankan tentang kesenjangan spiritual: Hilangnya jati diri menyebabkan generasi muda kehilangan eksistensi dan kemampuan mengendalikan diri.

Dampaknya, generasi muda menjadi lebih stres, kehilangan energi vital, dan meningkatkan angka bunuh diri. Misalnya kasus seorang guru profesional muda yang bunuh diri, namun mulai memberikan pesan umum kepada masyarakat agar tidak mengalami permasalahan hidup seperti dirinya.

Rizal menambahkan: Dunia pendidikan yang kurang kritis dalam mengajarkan cara berpikir agar mampu mengkategorikan, menafsirkan dan merefleksikan, semakin menghancurkan peserta didik di tengah perkembangan global village dibandingkan sebelumnya dan juga dapat menambah permasalahan. memisahkan orang-orang di tengah-tengah negara-negara di dunia yang semakin tipis.

Sembari membahas hal-hal yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan spiritual, Rizal mengadaptasi apa yang disampaikan Alfred Adler yaitu kepentingan sosial. Hingga saat itu, ia berpikir untuk mengarahkan potensi sumber daya pemuda ke sekolah.

Rizal menekankan: Mengajak anak ke sekolah bisa membuat mereka merasa beruntung, ada penerimaan, sehingga bisa menemukan makna yang bisa memperbaiki kehidupannya.

Ketiga, tentang kesenjangan lingkungan. Ini soal menjaga kelestarian alam agar selalu terpelihara dan terpelihara.

Harapannya generasi muda bisa menjadi pemimpin bukan hanya bagi diri mereka sendiri, namun bagi masa depan kita bersama. “Yang diangkat harus memiliki kestabilan dan komitmen yang kuat untuk melanjutkan kegiatan sosial dengan harapan dapat diperluas ke upaya penyelesaian permasalahan lingkungan hidup,” kata Rizal.

Beberapa kisah anak muda yang terjun di bidang ini menunjukkan rasa ketertarikan sosial yang semakin besar. Elham, mahasiswa UNU yang merupakan salah satu relawan GTS di SD BOPKRI Wonosari, awalnya merasa ragu dan bingung harus berbuat apa.

Namun akhirnya ide tersebut muncul setelah serangkaian diskusi dengan teman-teman lain, hingga ia menjadi kecanduan bersosialisasi.

“Rasa ragu langsung hilang setelah melihat wajah-wajah generasi penerus. Melihat indahnya senyuman, senyuman dan kelucuan anak-anak, saya menjadi antusias dan bersemangat untuk melakukan kegiatan yang direncanakan.” Hingga kita tidak merasa lelah karena inspirasi telah menggantikan kebahagiaan.

Program GTS juga membuat Elham lebih berani mengungkapkan kegembiraannya dalam belajar, sehingga semakin termotivasi untuk terus meningkatkan kemampuan mengajarnya. Perasaan rendah diri digantikan oleh tekad yang mulia.

Selain dirasakan oleh generasi muda, dampak positif dari program GTS juga dirasakan oleh pihak sekolah yang terdiri dari guru dan siswa.

“Program GTS membantu siswa untuk lebih mengenali dan mengendalikan emosinya. Selain itu, ada warna khusus di sekolah yang biasanya hanya ditemui siswa dengan gurunya.” Aktivis GSM di Klaten ini juga berharap bisa melahirkan lebih banyak relawan untuk mengikuti GTS karena masih banyak persoalan pendidikan yang perlu diselesaikan bersama.

Diselenggarakan dalam dua kategori, GTS mampu mengundang 330 pemuda dan berdampak pada lebih dari 1.000 pelajar di sepuluh daerah antara lain Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul, Klaten, Solo, Magelang, Kebumen, Cirebon, Tangerang Selatan. dan Bali

Dalam pelaksanaan GTS, gerakan sekolah menyenangkan tidak hanya melibatkan generasi muda saja, namun juga komunitas di setiap daerah, baik komunitas GSM daerah maupun komunitas mancanegara seperti Mobile Millennials, komunitas Sumelang, HMP – PBI UNU Sunan Kalijaga, Duta Kampus UIN Sunan . . Kalijaga, Kagem Yogyakarta, dan Rumah Impian Yogyakarta.

Rizal mengungkapkan GTS bukan sekedar aksi yang berdampak jangka pendek, melainkan aksi publik yang dapat menjadi ruang bersama bagi siapa saja untuk terlibat dan berkontribusi terhadap perubahan pendidikan Indonesia dan masa depan planet ini.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours