5 Fakta LB Moerdani, Jenderal TNI Kenamaan yang Berjaya di 2 Era Presiden Indonesia

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benjamin (LB) Moerdani merupakan salah satu tokoh militer paling terkenal dalam sejarah Indonesia. Tercatat, ia sukses di dua era kepresidenan berbeda, yakni Soekarno dan Soeharto.

Moerdani lahir di Blora, Jawa Tengah, 2 Oktober 1932. Biasa dikenal dengan nama Benny Moerdani, ia merupakan putra dari Raden Bagus Moerdani Sosrodirjo, seorang pekerja kereta api dan Jeanne Roech, seorang wanita asal Eropa yang bekerja sebagai guru TK.

Sepanjang hidupnya, LB Moerdani telah mengalami berbagai pengalaman dan sejarah menarik. Selain itu, berikut beberapa fakta yang perlu diketahui.

Fakta tentang LB Moerdani1. Masuk tentara sejak kecil Saat berusia sekitar 13 tahun, LB Moerdani ikut serta dalam penyerangan kempetei di Solo pada 12 Oktober 1945. Tak lama kemudian, ia bergabung dengan Tentara Mahasiswa.

Belakangan, Benny masuk ke Pusat Pendidikan Angkatan Darat (P3AD). Julius Pour dalam ‘Benny: Tragedi Seorang Loyalist’ menceritakan bahwa Benny muda mulai berlatih pada tahun 1951 dan terpilih untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Instruktur Infanteri (SPI).

Kemudian lulus pada tahun 1952 dengan pangkat Letnan Cadangan (Asisten Letnan Satu). Setelah diangkat menjadi instruktur di Sekolah Kader Infanteri, pada tanggal 4 Juli 1954 Benny ditugaskan sebagai Letnan Dua Angkatan Darat dan resmi menjadi perwira militer profesional.

2. Ia dianugerahi Bintang Bima Sakti oleh Presiden Soekarno Dalam karir militernya, Benny Moerdani telah terlibat dalam banyak misi lapangan. Tak hanya memburu banyak pemberontak, ia juga ikut serta dalam pembebasan Irian Barat.

Berkat kontribusinya, Benny bahkan dianugerahi Bima Sakti oleh Presiden Soekarno. Lencana penghargaan tertanam di bawah sayap kekuatan atlet di dada kirinya.

Dalam pidatonya di halaman Istana Merdeka, Bung Karno menyebutnya sebagai pahlawan penerima Bintang Sakti.

Korbanmu tidak sedikit, pengorbananmu sangat besar. Kamu bisa disebut pahlawan, pahlawan nasional, kata Bung Karno seperti dikutip dari buku ‘Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan’ (1993).

3. Pernah menjadi orang kepercayaan Presiden Soeharto Pasca pergantian kekuasaan ke Sistem Baru, posisi Benny Moerdani semakin sukses. Dengan pengalamannya, ia bahkan dikenal sebagai salah satu tangan kanan Soeharto di bidang presiden dan keamanan negara.

Kedekatan tersebut membuat Soeharto pun menyetujuinya menjadi Panglima TNI (sebelumnya ABRI). Menggantikan Jenderal M Jusuf TNI, Benny menjabat posisi tersebut pada periode 1983-1988.

Sebelum dilantik, ada cerita menarik ketika Soeharto hanya ingin Benny mengambil alih tongkat estafet ABRI. Prabowo Subianto dalam otobiografinya ‘Kepemimpinan Militer: Kisah Pengalaman Letjen (Purn) Prabowo Subianto’ mengungkapkan, saat itu Soeharto menggunakan cara yang sangat umum: ketenangan dan kehalusan.

Saat menemukan nama jenderal bintang tiga: Himawan Susanto, Yogie S Memet, dan Soesilo Sudarman, Soeharto pun mencari ‘anak emasnya’ yang seolah menjadi simbol dirinya. “Di mana Benny sekarang?” tanya mantan Pangkostrad itu.

Pada akhirnya, Benny tak hanya diberi jabatan Panglima ABRI. Ia juga diangkat menjadi Komandan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib).

4. Menjadi Menteri Pertahanan Pada tahun 1988, hubungan harmonis antara Benny Moerdani dan Soeharto memburuk. Terkait hal ini, ia dinilai sangat kritis terhadap pemerintah.

Akhirnya Try Sutrisno dipromosikan menggantikan Benny sebagai Panglima ABRI. Namun Soeharto tak serta merta mencampakkan Benny.

Presiden ke-2 RI mengangkatnya sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Namun Benny kembali dituding ingin melakukan revolusi melawan Sistem Baru.

Pada tahun 1993, jabatan Menteri Pertahanan dan Keamanan digantikan oleh Edi Sudrajat. Sementara Benny memilih rehat dari dunia politik.

5. Usia Tua yang Sepi Kejayaan karir LB Moerdani berubah total ketika memasuki usia lanjut. Menjelang akhir hayatnya, Benny tinggal sendirian.

Setelah istirahat total dari militer dan politik, ia banyak menghabiskan waktu berbincang dengan teman-temannya di CSIS seperti Harry Tjan Silalahi, Clara, dan Jusuf Wanandi. Selain itu, Benny hanya menghabiskan waktunya dengan membaca koran dan buku kiriman teman-temannya di Amerika.

Kemudian, sisa hidupnya dihabiskan di kediamannya di Hang Lekir, Jakarta Selatan. Benny hanya ditemani istri, anak semata wayangnya, dan juga seorang perawat.

Soal komunikasi, ia hanya mendapat bantuan bel karena saat itu ia menggunakan kursi roda. Pada 29 Agustus 2004, Benny meninggal dunia pada usia 71 tahun.

Itulah beberapa fakta LB Moerdani, jenderal kondang TNI yang menang di dua periode presiden berbeda.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours