Pertamina targetkan penambahan jaringan SPBU hidrogen

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – PT Pertamina (Persero) menargetkan penambahan stasiun pengisian bahan bakar hidrogen (SPBU) untuk memudahkan pengguna mobil hidrogen di Indonesia.

Namun, Indira Pratyaksa, Vice President Sustainability Planning, Ratings and Engagement Pertamina, meminta dukungan pemerintah untuk terlebih dahulu menciptakan pasar mobil hidrogen yang lebih luas.

“Kami akan meminta dukungan pemerintah untuk menciptakan pasar produksi mobil yang menggunakan hidrogen dalam jumlah besar,” ujarnya usai menjadi pembicara pada konferensi Katadata SAFE 2024 di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan, pembangunan stasiun hidrogen akan dilakukan secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan.

Guna mengoptimalkan aset, Pertamina juga berkomitmen untuk memanfaatkan aset yang ada dan mengubah stasiun pengisian bahan bakar tradisional menjadi stasiun hidrogen sehingga meminimalkan investasi pembangunan infrastruktur baru.

Pembangunan stasiun hidrogen merupakan bagian dari upaya Pertamina untuk mencapai tujuan keberlanjutan dan mendukung upaya dekarbonisasi.

Sebelumnya, Pertamina dan Toyota telah meluncurkan pilot project pengembangan stasiun hidrogen di kawasan Daan Mogot, Jakarta. Namun, Indira mengatakan jumlah konsumennya masih sedikit.

Konsumen yang datang ke sini (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen) hanya 0,0% dari total penduduk Jakarta, ujarnya.

Indira menyadari salah satu tantangan terbesar dalam mendorong penggunaan sumber energi baru terbarukan (EBT) adalah keterjangkauan dan ketersediaan.

Hal ini terutama terlihat pada sektor mobil listrik, dimana terbatasnya jumlah Stasiun Pengisian Umum Mobil Listrik (SPKLU) menjadi salah satu alasan masyarakat enggan meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil.

Oleh karena itu, Pertamina berkomitmen untuk melanjutkan keberlanjutan bisnis bahan bakar fosil untuk memastikan keterjangkauan, ketahanan, dan ketersediaan energi bagi masyarakat lokal.

Langkah ini dinilai perlu karena kebutuhan energi fosil dalam negeri masih tinggi dan transisi energi membutuhkan waktu yang lama.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours